Mesir di jaman dahulu, adalah sebuah negeri yang peradabannya sangat maju. Karena kemajuannya itulah, maka banyak warga negara lain yang tertarik untuk bermukim di Mesir. Sebut saja Imam Syafii yang semula hidup di Iraq maka pada akhirnya beliau pindah dan bermukim di Mesir.
Tentunya dengan banyaknya pendatang baru, maka peradaban dan adat istiadat di Mesirpun semakin maju dan bervariatif. Untuk itulah warga Mesir berinisiataif memasang tulisan besar yang diletakkan pada pintu gerbang kota Mesir : MAN MITSLUKUM KATSIIR (orang seperti kalian ini -di Mesir- banyak).
Maksud dari kalimat itu adalah, jika ada seorang ulama datang ke Mesir, maka perlu diketahui bahwa di Mesirpun banyak ulamanya . Jika yang datang itu seorang saudagar yang kaya raya, maka di Merir juga banyak saudagara semacam itu. Bahkan jika yang datang ke Mesir itu adalah seorang maling yang kaliberpun, maka ketahuilah bahwa di Mesir itu juga tempat mangkalnya para maling.
Berbicara soal maling yang ada di Mesir, di negeri yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam itu, pernah terjadi hal yang cukup menggelikan.
Suatu hari, ada seorang maling kelas teri asli pendudk Mesir, yang mencuri se-cuil daging dari pasar. Setelah mencuri, iapun bergegas meninggalkan lokasi, dan sangat kebetulan kejadian itu di saat sore hari menjelang adzan maghrib.
Seperti biasanya, masyarakat Mesir kala itu, jika datang waktu menjelang Maghrib, mereka berduyun-duyun datang ke Masjid Jami` setempat. Dalam kondisi yang semacam itu, maka si maling berinisiatif untuk lari ke dekat masjid, agar tidak dicurigai oleh orang lain bahwa dirinya baru saja mencuri.
Sambil menunggu adzan Maghrib, si maling itupun meletakkan daging hasil curiannya di belakang pintu masjid. Namun dasar sial, tiba-tiba daging curiannya itu digondol dan di makan kucing. Tentu saja si Maling marah besar, maka dikejarlah kucing nakal itu, bahkan karena sangat jengkelnya, kucing itupun diinjak oleh kakinya hingga mati. Kemudian si maling kembali ke Masjid lantaran mendengar adzan Maghrib dikumandangkan.
Dalam hati si maling mengatakan : Wah, aku akan tobat saja, maklum ... sudah capek-capek mencuri, eeeh malah nggak dapat menikmatinya...! Maka si maling itu mencari posisi shalat tepat di belakang imam. Iapun berusaha melaksanakan shalat se-khusuk mungkin, karena ia berharap agar dengan shalat khusyuknya itu, segala dosa yang sering ia lakukan dapat diampuni oleh Allah.
Saat hatinya berkonsentrasi penuh, tiba-tiba ia mendengar imam shalat membaca surat At-takwiir dengan lagu yang merdu layaknya para qari` Mesir, tepatnya pada ayat : BI AYYI DZANBIN QUTILAT (Karena sebab apa kok dibunuh ?) . Si maling yang semula ingin bertobat itu, merasa tersinggung karena merasa disindir oleh sang imam. Dalam hatinya dia berguman : Wahai imam, kalau kamu sudah tahu bahwa aku habis membunuh kucing, yaa semestinya nggak usah ditanyakan dalam shalat, toh aku sudah niat tobat, tapi kalau kamu perlu keteranganku, nih jawabanku, maka si malingpun mengatakan dengan suara lantang dan emosi hingga terdengar oleh seluruh jamaah : BI SABABI LAHMIN SARIQAT (karena sebab daging yang dia gondol).
Tentu saja, suara si maling yang terdengar aneh itu, menarik perhatian para makmum lainnya. Sebagaian dari mereka ada yang merasa terganggu, namun tidak sedikit yang shalatnya batal karena tertawa terpingkal-pingkal.