Santri Ribath yang kaya dengan pengalaman
Salim
Kota Singosari dikelilingi oleh banyak pondok pesantren, dan setiap pondok pesantren memiliki kelebihan masing-masing. Misalnya, di dalam bidang bahasa Arab, ilmu tajwid, fiqh dll. Salah satu pondok pesantren tersebut adalah Ribath Almurtadla Al-islami yang diasuh KH. Luthfi Bashori. Pesantren ini memiliki kelebihan yang berbeda dari pondok pesantren lainnya, yaitu mengajarkan keahlian dalam berpidato.
Dakwah atau langsung terjun kemasyarakat, dan mengarang artikel adalah salah satu progam yang dimiliki pesantren Ribath. Hal ini ditujukan agar para santri mempunyai banyak pengalaman dan keterampilan ketika sudah keluar dari pesantren dan berdakwah kepada masyarakat. Satu hal yang sangat menyenangkan pada progam pesantren ini ialah kegiatan TARBIYYAH IJTIMAIYYAH (pendidikan kemasyarakatan ) atau disingkat dengan tar-ij. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk para santri, agar di saat mereka kembali ke rumah masing-masing, dapat menjadi santri yang mampu bermasyarakat dan berdakwah dengan baik.
Kegiatan Tar-ij ini dilaksanakan minimal setahun satu kali, namum umumnya adalah tiga kali dalam setahun. Karena Ribath tidak mengenal pelulusan santri pada tiap tahun, maka setiap santri yang pernah mengenyam satu tahun di Ribath, pasti pernah terlibat dalam kegiatan Tar-ij.
Sebelum terjun ke lapangan para santri diberi waktu selama satu bulan untuk menyiapkan materi pidato sebanyak-banyaknya, dikarenakan pengalaman tar-ij pada setiap santri, sangat berbeda-beda. Umumnya santri baru belum siap untuk menyampaikan pidato di depan masyarakat, karena itu pada sesi karantina pra Tar-ij, mereka digodok terlebih dahulu di Ribath. Dalam masa satu bulan itu juga para santri diberi kesempatan untuk mempratekkan bahan pidato yang sudah dipersiapkan di depan teman-temanya secara bergiliran. Dengan berbagai persiapan ini maka para santri akan semakin siap ketika berada di tengah masyarakat.
Ketika para santri sudah berkumpul secara lengkap dengan berbagai persiapanya, maka mereka diberangkatkan ke lokasi tujuan. Setelah tiba di tempat tujuan, semuanya saling bahu-membahu dan kompak dalam tugasnya misalnya mulai menurunkan dan menata peralatan, kitab, alat musik (banjari atau gambus), bantal, selimut dan baju dan sebagainya. Setelah semuanya beres, maka diadakan musyawarah untuk pembagian lokasi dakwah selama kegiatan TARBIYYAH IJTIMA`IYYAH. Misalnya, pembagian mushalla perkelompok dan pembagian prakarya.
Kegiatan yang dilakukan para santri pertama kali dengan masyarakat ialah memperkenalkan diri dan menginfokan kepada masyarakat tentang apa saja kegiatan tar-ij . Perkenalan ini biasanya bertempat di masjid dan waktunya setelah maghrib. Pada hari kedua, kegiatan Tar-ij sudah berjalan sesuai jadwal.
Dimulai dari bangun tidur para santri bersiap-siap untuk berangkat ke mushalla untuk melaksanakan shalat shubuh bersama masyarakat dengan kelompoknya masing-masing. Setelah shalat, jika ada kesempatan maka mengisi kuliah shubuh, kemudian mengadakan rutinan tadaarus Al-quran sampai jam 06.00, lantas kembali ke markaz yaitu tempat penginapan untuk sarapan pagi.
Seusai makan, mereka dibagi perkelompok untuk belajar wiraswasta dari masyarakat, yang disesuaikan keadaan masyarakat setempat, dengan tujuan magang kerja selama Tar-ij. Adapun, menurut pengalaman yang sudah dilakukan adalan belajar sablon, kaligrafi tulisan arab, gula kacang, keripik, perah susu sapi, mebel, bengkel dll. Adapun belajar wiraswasta ini dijadwalkan sampai jam 11.00. Dari kegiatan ini para santri akan memperoleh banyak pengalaman untuk bekal kerja ketika kelak mereka pulang.
Kemudian shalat dhuhur, makan siang dan istirahat sampai menjelang ashar. Setelah berjamah shalat ashar di masjid atau mushalla masing-masing, mereka membawa kitab fiqih praktis ke tiap-tiap rumah warga yang terjangkau untuk diberikan kepada masyarakat, dan sekaligus para santri berlatih menerangkan ilmu fiqih kepada masyarakat. Aktifitas ini diistilahkan dengan dakwah door to door.
Jika terdapat pertanyaan dari masyarakat yang sulit dijawab, maka pertanyaan itu dibawa pulang ke markaz untuk dimusyawarahkan bersama-sama, dalam dicarikan jawabannya dari kitab-kitab fiqih yang lebih lengkap, seperti fathul qarib, kifayatul akhyar, nailur raja, taqriiratus sadidah. Setelah itu para santri kembali ke markaz penginapan untuk melihat jadwal pidato dan menyiapkan bahan pidato yang akan disampaikan setelah shalat Maghrib.
Acara bakdal isyak adalah menyesuaikan kegiatan keagamaan masyarakat setempat. Jika ada pengajian, maka para santri ikut bergabung. Jika tidak ada kegiatan di masyarakat pada malam hari, maka dipergunakan untuk evaluasi bersama-sama terhadap kegiatan dalam sehari itu.