Abu Thalib
Zein Baabud
Setelah wafatnya ibunda Rasulullah SAW - Sayyidatu Aminah - Rasulullah SAW diasuh oleh kakeknya Abdul Munthalib. Kemudian setelah Abdul Munthalib wafat beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Di dalam asuhan Abu Thalib, Rasulullah SAW yang saat itu masih berumur 12 tahun merasa tentram dan nyaman karena Abu Thalib sangatlah baik dan sayang kepada beliau. Beliau SAW dididik untuk menjadi seorang pemuda Arab yang berani dan terampil.
Abu Thalib sangat mencintai Rasulullah SAW, bahkan beliau SAW lebih dicintai oleh Abu Thalib daripada anak-anaknya sendiri, hal itu dikarenakan budi pekerti Rasulullah SAW yang sangat baik. Pada suatu saat Nabi SAW diajak oleh pamannya Abu Thalib utuk berdagang ke Syam (Syiria). Tatkala dalam perjalanan mereka berdua bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Buhairah. Kemudian ketika Buhairah melihat Rasulullah SAW, beliau terkejut dan tahu bahwa anak ini nantinya akan menjadi seorang Rasul. Maka seketika buhairah memerintahkan kepada Abu Thalib untuk segera membawa Rasulullah untuk pulang karena khawatir terjadi sesuatu pada Rasulullah. Dengan segera Abu Thalib membawa Rasulullah SAW pulang, hal tersebut dikarenakan oleh besarnya rasa sayang beliau kepada Rasulullah SAW.
Abu Thalib selalu menjaga Rasulullah SAW hingga akhirnya Rasulullah SAW menikah dengan Sayyidah Khadijah ra. Dan dalam prosesnya, pernikahan Rasulullah ini juga dibantu oleh Abu thalib.
Selama beberapa tahun, mulai Rasulullah hidup Bersama Sayyidah Khadijah ra, Hingga beliau diutus menjadi Rasul, Abu thalib senantiasa membantu dan melindungi Beliau SAW sehingga orang Kafir Quraisy sungkan untuk menghadang dakwah Nabi. Hal itu disebabkan oleh rasa sungkan mereka terhadap Abu thalib yang begitu mencintai Rasulullah.
Sehingga pada suatu saat, Abu thalib dipanggil oleh pemuka-pemuka Quraisy. Pada saat itu Abu thalib diminta untuk memerintahkan keponakannya - Rasulullah SAW - untuk berhenti menyebarkan agama Islam. Kemudian pemuka-pemuka Quraisy tersebut mengatakan kepada belliau : “Apabila keponakanmu itu tidak mau berhenti, maka kami tidak akan sungkan - sungkan lagi kepadamu dan akan kami tumpas keponakanmu beserta para pengikutnya”.
Mendapat ancaman ini, Abu Thalib akhirnya menyampaikan hal ini kepada Rasulullah.
“Wahai Muhammad, sesungguhnya orang-orang Quraisy saat ini sedang genting-gentingnya memusuhimu dan tadi mereka telah memerintahkanku untuk mencegah dakwahmu.”
“Wahai paman walaupun diletakkan di tangan kananku Matahari dan Bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwahku ini.”
Mendengar keteguhan dari jawaban Rasulullah tersebut, Abu Thalib berkata, “baiklah keponakanku aku akan menjagamu dan membantumu hingga titik darah penghabisan”
Akan tetapi, walaupun Abu Thalib tidak menghentikan Dakwah Rasulullah dan bahkan melindungi Rasulullah, orang Quraisy tetap saja sungkan kepada Abu Thalib dan tidak berani mengganggu Nabi SAW. Hal tersebut berlangsung hingga akhirnya tiba tahun yang dinamakan oleh Rasul tahun kesedihan. Hal tersebut dikarenakan pada tahun tersebut 2 orang yang paling dicintai beliau dipanggil oleh Allah Yang Maha Kuasa, yaitu istri beliau Siti Khadijah ra dan paman beliau Abi Thalib.
Setelah wafatnya Abu Thalib, Nabi SAW mendapatkan tekanan yang sangat kuat dari orang Kafir Quraisy. Hingga pernah suatu saat, tatkala sedang shalat, Rasul dilempari kotoran onta oleh orang kafir Quraisy dan banyak lagi perbuatan - perbuatan keji lainnya. Sehingga beliau bersabda yang maknanya adalah “ Tidaklah pernah orang quraisy keterlaluan kepadaku, kecuali sepeninggal pamanku (Abu Thalib).”
Oleh sebab itu, sebagian besar dari kalangan para ulama berpendapat atas keislaman Abu Thalib, karena mereka berpandangan bahwa sangatlah tidak etis apabila dikatakan, bahwa orang yang telah mendidik Rasulullah SAW yang juga orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW –yakni Abu Thalib – sebagai orang kafir yang masuk neraka, hanya karena Abu Thalib tidak pernah melafadzkan dua kalimat syahadat.
Hal semacam ini adalah sebuah su’udzan yang tidak mendasar, Sebab belum tentu Abu thalib tidak bersyahadad lantaran tidak mau mengikuti Rasulullah SAW. Akan tetapi kemungkinan besar beliau tidak bersyahadad secara terang - terangan karena ditujukan untuk melindungi rasulullah SAW dari godaan orang kafir Quraisy, karena apabila Abu Thalib masuk Islam secara terang terangan maka dapat dipastikan orang kafir Quraisy akan membencinya dan tidak ada rasa sungkan lagi kepada Abu Thalib, hingga kaum kafir Quraisy semakin leluasa dalam menganiaya Rasulullah SAW.
Kalaupun memang Abu thalib dikatakan sebagai ahli neraka apakah mungkin Rasulullah SAW yang notabene seorang Nabi yang memiliki sebaik-baiknya kepribadian, telah diasuh dan dididik oleh seorang yang ahli neraka di dalam proses kehidupannya. Mana mungkin pula Rasulullah SAW sangat mencintai ahli neraka, naudzu biLLAHI min dzalik.
Padahal tatkala Abu Thalib wafat Rasulullah SAW berdoa untuk beliau: rahimakaallahu . wa ghufira laka la azaalu astaghfirulaka hatta yanhaaniyallaah. Yang artinya : semoga Allah merohmatimu dan mengampunimu dan aku tidak akan berhenti memintakan ampun untukmu kecuali jika Allah melarangku.
Sudah pasti Rasulullah adalah makhluk yang paling dicintai Allah dan apabila beliau berdoa maka bisa dipastikan doa beliau dikabulkan oleh Allah begitu pula doa Rasulullah di atas yang mana beliau berdoa agar pamannya Abu Thalib dirahmati oleh Allah dan diampuni semua kesalahan-kesalahannya. Dan doa ini insyaallah telah dikabulkan oleh Allah dan insya Allah beliau sekarang telah mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT.
Semoga Abu Thalib yang sangat mencintai Rasulullah SAW insyaallah akan berkumpul bersama beliau SAW sebagaimana sabda Rasulullah SAW : inta ma’a man ahbabta yaumal qiyamah yang artinya : Engkau bersama orang yang engkau cintai pada hari kiamat nanti. Berhubung Abu Thalib sangat cinta sekali kepada Rasulullah SAW maka menurut hadist ini insyaallah beliau akan berkumpul dengan Rasulullah nanti di sorga, karena kemungkinan besar beliau telah masuk Islam sekalipun di dalam hati.
Dalam satu syair yang digubah oleh Abu Thalib mengatakan yang ringkasan artinya sbb:
Sungguh aku telah mempelajari agama-agama yang ada sebelumnya, namun tidak pernah aku temui satupun dari agama-agama itu yang lebih baik daripada agama yang dibawa oleh Muhammad. (RIBATH, JULI 2009)