ISTRI DI RUMAH PENUH DENGAN RAHMAH
Rifa`iaru-Sidoarjo
Tuntutan dalam kehidupan berumah tangga semakin sulit, semua yang dibutuhkan harganya semakin melejit tinggi. Seluruh anggota keluarga merasakan penderitaan tersebut, terutama bagi para suami yang menanggung kebutuhan anak dan istrinya. Dan kerja keras suami merupakan kebutuhan utama dari sebuah keluarga.
Walaupun tenaga yang dibutuhkan semakin besar, tidak perlulah bagi seorang istri ikut-ikutan ambil andil dalam usaha di luar rumah, selagi sang suami masih bisa menghidupi keluarga, meskipun itu diperbolehkan. Yang penting adalah, walaupun di rumah, istri dapat merasakan nikmat dari keringat sang suami walaupun sedikit. Memang membantu suami merupakan perbuatan yang mulia, tetapi lebih baik istri di rumah saja menunggu suami pulang dengan mempersiapkan senyuman manis.
Pekerjaan yang istri lakukan di rumah sebenarnya sudah banyak sekali pahalanya. Ingatlah wasiat Rasulullah yang disampaikan kepada putrinya sendiri yaitu Fatimah Az-zahra. Berikut wasiat-wasiat yang disampaikan oleh beliau :
Wahai Fatimah, wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti menetapkan kebaikan setiap biji gandum, melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.
Wahai Fatimah, wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suaminya, niscaya Allah menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh tabir penutup.
Wahai Fatimah, tiadalah seorang wanita yang meminyaki rambut kepala anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencucikan pakaiannya, melainkan Allah pasti menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
Wahai Fatimah, tiadalah seorang wanita yang menahan kebutuhan-kebutuhan tetangganya, melainkan Allah menahannya dari meminum Telaga Kautsar pada hari kiamat.
Wahai Fatimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoan suami atas atas istrinya, andaikata suamimu tidak ridha kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fatimah, murkanya dari murka Allah Ta`ala.
Wahai Fatimah, apabila wanita itu mengandung anaknya di perutnya maka para malaikat memohonkan ampun baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, melebur seribu kejelekannya, dan ketika wanita itu terasa sakit akan melahirkan maka Allah menetapkan pahala baginya seperti pahala para pejuang di jalan Allah Ta`ala, jika ia melahirkan kandungannya, maka keluarlah dosa-dosanya seperti ketika anak dilahirkan oleh ibunya dan keluar dari dunia dengan tidak membawa satu dosa pun, di makamnya akan mendapatkan taman dari taman-taman surga, Allah memberikan padanya pahala seribu ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat.
Wahai Fatimah, tiadalah wanita yang berkhidmat melayani suaminya sehari semalam dengan rasa senang dan ikhlas serta niat yang benar, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya dan memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang hijau-hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan, dan Allah memberikan padanya pahala seratus ibadah haji dan umrah.
Wahai Fatimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suaminya melainkan Allah memandangnya dengan pandangan kasih sayang.
Wahai Fatimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suaminya dengan senang hati, melainkan malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu untuk menghadapi amalnya dan Allah mengampuni dosanya yang sudah lalu dan yang akan datang.
Wahai Fatimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suaminya dan jenggotnya serta mencukur kumisnya dan memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman kepadanya dari arak yang dilak (arak yang sangat jernih yang masih tertutup belum dibuka oleh siapapun), Allah mempermudah sakaratul mautnya, menjumpai kuburnya merupakan taman dari taman-taman surga, dan Allah menetapkan baginya bebas dari neraka serta dapat melintasi Shirat.
Begitu banyak pahala yang dipersembahkan oleh Allah pada istri yang setia dirumah, keberadaannya sungguh menjadi penyejuk di hati sang anak dan sang suami. Tidak perlulah kaum perempuan menyerukan persamaan gender, dan R.A. Kartini dulu menyerukan tentang kemerdekaan wanita dalam hal pendidikan, bukan disegala bidang. Sekarang apa yang harus dipersamakan? Fitrah laki-laki dengan perempuan tidak akan bisa dipersamakan selamanya. Biarlah yang keluar mencari nafkah adalah laki-laki dan yang menjaga rumah si perempuan. Maka dengan ini akan tercipta keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.