SEJARAH BERDIRI PESANTREN ILMU AL-QURAN
Kegiatan mengajar dan membina Al Quran dengan berkeliling daerah telah ditekuni oleh sosok KHM. Basori Alwi sejak muda. Sekitar tahun 1967-an, beliau merintis pengajian menetap di kediaman beliau sendiri yang diikuti oleh segelintir santri dan masyarakat sekitar yang datang dengan niat tulus untuk belajar ilmu agama dan berkhidmat. Namun majelis pengajian tersebut terus merangkak setapak demi setapak hadir di tengah masyarakat untuk tujuan yang suci da`wah ila Allah dan menyebarkembangkan ulumuddin. Dengan semangat dan mujahadah yang tak kenal lelah, pada tanggal 1 Mei 1978 berdirilah sebuah pesantren yang masih sederhana namun tetap memiliki spirit untuk mengembangkan dan mensyiarkan agama Islam, Pesantren Ilmu Al Quran.
Sesuai dengan namanya, PIQ mempunyai spesialisasi dan prioritas pengajaran pada Al Quran. Hal ini erat kaitannya dengan figur KHM. Basori Alwi sebagai seorang intelektual Al Quran dan notabene pendiri Jamiyatul Qurro wal Huffadz - suatu lembaga yang banyak melahirkan intelektual Al Quran di Indonesia. Juga tidak lepas dari faktor demografi masyarakat Singosari yang rata-rata pesantrennya bernuansakan Al Quran. Sebagai pesantren yang lebih berkonsentrasi pada pelajaran Al Quran, dengan metode pembelajarannya yang disebut dengan “Metode Jibril”, PIQ sering menjadi objek studi komparatif dan riset penelitian untuk pengembangan proses belajar-mengajar Al Quran dari berbagai delegasi lembaga maupun prerorangan. Namun dalam perkembangannya, bahasa Arab uga memperoleh porsi perhatian yang besar, sebagai meda mengembangkan wawasan berpikir dan alat menganalisa keilmuan Islam klasik dan modern.
Dengan kurun usia yang tergolong masih muda, telah banyak hasil yang dicapai oleh PIQ. Di antaranya, sistem pendidikan yang semula hanya berupa majelis-majelis ta`lim ala kadarnya, berkembang menjadi sistem madrasah diniyah klasikal dengan manajemen pendidikan modern namun tetap kental nilai-nilai kesalafannya. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari peran serta aktif putra-putra KHM. Basori Alwi yang banyak mempunyai potensi di bidangnya masing-masing. Diantaranya, HM. Anas Basori dalam manajemen system organisasi, HM. Nu`man Basori pada bidang pembangunan dan pengembangan sarana fisik, HM. Rif`at Basori dalam hal pembinaan kepengurusan, HM. Luthfi Basori pada bidang pendidikan dan tarbiyah islamiyyah, HM. Farid Basori dalam pengurusan surat tanah dan bangunan, serta HM. Faiz Basori sebagai founding father dalam pembukuan dan manajemen keuangan pesantren.
Tentunya bukanlah satu hal yang mudah untuk merealisasikan itu semua, dibutuhkan suatu usaha yang sungguh-sungguh, kesabaran, keuletan dan manajemen yang optimal. Dan bukan suatu hal yang ringan pula mempertahankan dan bahkan meningkatkan hasil yang telah dicapai tesebut untuk dapat mewujudkan pesantren yang ideal, salafy namun tetap mengikuti perkembangan zaman, yang nantinya diharapkan dapat mencetak kader-kader da`i muslim, generasi qur`any yang mandiri, berguna bagi agama, bangsa dan negaranya. Kini, PIQ semakin maju dan semakin bergairah di dalam bidang dakwah di tengah masyarakat, dengan keaktifan Ketua Umum Kepengurusan PIQ, KH. Luthfi Bashori putra pengasuh, di berbagai ormas Islam, antara lain menjabat Ketua Komisi Hukum dan Fatwa MUI Malang, Lajnah Syura Hai’ah Ash-shofwah (wadah alumni Makkah), narasumber di berbagai seminar dan kajian keislaman, dakwah mimbar, penulis buku keislaman dan sebagainya.