URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
KEJARLAH ILMU AGAMA SETINGGI LANGIT 
  Penulis: Pejuang Islam  [18/1/2024]
   
SHALAT SUNNAH & BACA ALQURAN DI RUMAH 
  Penulis: Pejuang Islam  [16/1/2024]
   
HADIAH TERBAIK ADALAH NASEHAT 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/1/2024]
   
PARA PENYAMPAI HADITS NABI 
  Penulis: Pejuang Islam  [8/1/2024]
   
PENASIHAT ITU DIPERCAYA 
  Penulis: Pejuang Islam  [31/12/2023]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Jumat, 29 Maret 2024
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 77 users
Total Pengunjung: 5860435 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
PARA ULAMA ADA TIGA MACAM 
Penulis: Pejuang Islam [ 3/9/2016 ]
 
PARA ULAMA ADA TIGA MACAM

Luthfi Bashori


Dewasa ini, julukan atau gelar ulama menjadi istilah yang fenomenal di tengah masyarakat, hingga tidak jarang di kalangan sebagian orang, ada yang menjadikan gelar ulama itu sebagai salah satu target dari tujuan hidup.

Sebenarnya cita-citanya itu mulia, namun sayang seribu kali sayang, seringkali orang-orang yang semacam itu tidak berusaha menjadi ulama yang benar-benar ulama sesuai dengan aturan syariat, hingga bukan sekedar ingin dipanggil dengan panggilan atau gelar yang berkonotasi sebagai seorang ulama.

Pemahaman secara umum, salah satu aturan seseorang itu dapat disebut sebagai ulama, jika ia menguasai ilmu agama, atau ajaran syariat Islam secara benar dan mendalam, contohnya ia dapat menguasai isi kandungan Alquran, Hadits, Ijma maupun Qiyas.  

Sekalipun aturan tersebut mempunyai jenjang-jenjang tertentu, yang mana kemampuan setiap figur dari para ulama itu berbeda dengan kemampuan ulama yang lainnya.

Ada lagi syarat manawi seseorang itu dapat disebut sebagai seorang ulama, yaitu jika disertai memiliki rasa takut kepada Allah, minimal secara dhahir.

Jika ada orang yang secara dhahir saja berani menentang aturan Allah maupun Rasulullah SAW, sekalipun orang tersebut menampakkan kepahamannya terhadap ilmu syariat Islam, maka hakikatnya ia bukanlah seorang ulama.   

Di sisi lain,  ada  seorang ahli tahqiq berkata, bahwa ulama ada tiga macam, yakni:

1. Seorang ulama yang mengenal tentang Allah, tetapi kurang mengenal hukum-hukum Allah.
2. Seorang ulama yang mengenal hukum-hukum Allah tetapi ia kurang mengenal tentang Allah.
3. Seorang ulama yang mengenal hukum-hukum Allah, sekaligus mengenal pula tentang Allah.

Pertama, seorang yang mengenal Allah di dalam hatinya, sehingga ia sibuk dengan Allah dan ia kurang menyempatkan diri menekuni ilmu syariat.

Kedua, seorang ulama yang mendalami hukum syariat tentang masalah-masalah halal dan haram dan sejumlah hukum syariat lainnya, tetapi ia kurang mengerti tentang rahasia-rahasia Allah.

Ketiga, seorang ulama yang sempurna, karena ia mengenal Dzat Allah dan rahasia-rahasia Allah yang tidak dapat dipahami secara kasat mata, sekaligus mendalami hukum-hukum syariat Allah. Ulama yang memiliki sifat inilah hakikatnya yang dapat mengetahui permasalahan keummatan yang kasat mata, lantas ia mampu memberikan solusi berdsasarkan syariat kepada umat Islam,  dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

Di saat yang lain, ia merasa lebih nyaman, tentram dan damai saat sedang berkhalwat mendekatkan diri kepada Allah, sekalipun disertai rasa takut sekira amal ibadahnya tidak diterima, hingga ia senantiasa memohon ampunan kepada Allah tanpa henti-hentinya.

Jika ia sedang bersama dengan Tuhannya, maka ia sibuk dengan dzikir dan ibadahnya, seolah-olah ia tidak mengenal manusia, sebaliknya jika ia kembali dari Tuhannya dan bergaul dengan manusia maka ia bagaikan manusia lainnya yang tak pernah mengenal Tuhannya. Sikap seperti ini adalah sikap para rasul dan para siddiq.

Nabi SAW bersabda:  Hendaknya kalian suka bertanya kepada para ulama, bergaul baik dengan para hukama dan senang duduk dengan orang-orang besar (yang shalih). (HR. Ad-Darimi).

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2024 Oleh Pejuang Islam