Mempersiapkan Dakwah dan Menyediakan Perangkat-Perangkatnya
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani
Dalam permulaan dakwah, harus sempurna terlebih dahulu persiapan perangkat-perangkat dakwah, mengumpulkan berbagai (faktor) kekuatan, dan memperhatiakan hal-hal yang dibutuhkan oleh keadaan dan kenyataan (yang dihadapi).
Sungguh dakwah Islamiyyah telah melewati beberapa fase yang berbeda sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW hingga beliau wafat. Dakwah secara diam-diam berlangsung selama tiga tahun. Lalu berpindah pada fase dakwah secara terang-terangan dengan lisan tanpa mengangkat senjata sampai pada masa hijrah. Lalu beranjak pada pada fase bertempur (untuk bertahan dan membela diri/defensif) menghadapi serangan msuh dan orang-orang yang memulai perang terlebih dahulu sampai pada masa perjanjian damai di Hudaibiyyah. Lalu berpindah pada fase (ofensif) memerangi siapapun yang berdiri menghalangi dakwah.
Dan diantara yang termasuk dalam persiapan perangkat dakwah adalah melakukan korespondensi/surat menyurat dengan para Raja dan para pemimpin kaliber dunia. Rasulullah SAW mengajak mereka untuk masuk Islam serta meninggalkan ajaran dan agama syang bathil yang mereka peluk. Maka (untuk kepentingan ini) beliau memilih sosok-sosok sahabat yang mempuni untuk mengemban tugas ini dengan syarat masing-masing dari mereka harus benar-benar menguasai bahasa bangsa yang hendak dituju.
Semua ini menunjukkan bahwa sudah seyogyanya bagi kaum muslimin untuk mempersiapkan berbagai wasilah (perantara) dan perangkat dalam rangka dakwah Islamiyyah serta menempuh dakwah dengan rencana yang matang, tak hanya sekedar ide cepat dan planning kilat yang tergesa-gesa dan tanpa perhitungan.
Dan diantara salah satu usaha mempersiapkan perangkat dakwah adalah tarbiyah amaliyyah (pendidikan dan praktek lapangan) untuk menghasilkan seorang dai yang mempunyai ilmu yang mempuni sekaligus penuh dengan rasa ghairah (kecemburuan/semangat yang membara). Karena ilmu saja dengan tanpa adanya ghairah maka akan menjadi sesuatu yang membeku, tak ada greget dan tak ada kepekaan. Begitu pula ghairah saja dengan tanpa adanya ilmu, maka tidak patut untuk posisi kepemimpinan dan memberi bimbingan.
Dan ini adalah hal yang kita jangan sampai terjatuh di dalamnya. Jangan sampai kita terjebak menjadi orang yang mumpuni ilmunya tapi tidak mempunyai ghairah serta kepedulian pada hal-hal yang diharamkan Allah taala. Atau menjadi orang yang mempunyai ghairah dan semangat yang besar tetapi tidak memiliki ilmu yang mendalam sehingga (berpotensi untuk) menyesatkan kaum muslimin.
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani