URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
KEJARLAH ILMU AGAMA SETINGGI LANGIT 
  Penulis: Pejuang Islam  [18/1/2024]
   
SHALAT SUNNAH & BACA ALQURAN DI RUMAH 
  Penulis: Pejuang Islam  [16/1/2024]
   
HADIAH TERBAIK ADALAH NASEHAT 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/1/2024]
   
PARA PENYAMPAI HADITS NABI 
  Penulis: Pejuang Islam  [8/1/2024]
   
PENASIHAT ITU DIPERCAYA 
  Penulis: Pejuang Islam  [31/12/2023]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Kamis, 18 April 2024
Pukul:  
Online Sekarang: 2 users
Total Hari Ini: 20 users
Total Pengunjung: 5863255 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
Doa bersama Muslim – Non Muslim Dalam Sorotan 
Penulis: Doa bersama Muslim – Non Musli [ 8/9/2016 ]
 
Doa bersama Muslim  Non Muslim Dalam Sorotan

Luthfi Bashori


Di dalam mencermati perilaku sekelompok orang. Khusunya yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal. Umat Islam membutuhkan kejelian ekstra, sebab penyimpangan yang dilakukan JIL pada hakikatnya telah terprogram rapi. Bahkan perilaku Doa Bersama Muslim - Non Muslim ini adalah salah satu bentuk kegiatan yang dipromosikan kepada umat Islam dengan mengekspos keterlibatan tokoh-tokoh Agama. Mereka berharap agar umat Islam juga berbondong-bondong mengikuti perliaku JIL tanpa merasa berdosa dengan dalih mengikuti tokoh panutannya.

Penulis mendapat kiriman artikel yang cukup sesuai dengan tema kali ini, sebagai mana berikut:

Ahmad Mirzaq Miftahul Huda (mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo-Mesir jurusan Ushuluddin, asal Surabaya) menyatakan:

Islam, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Gibb, seorang orentalis Inggris, adalah sautu demokrasi rohani yang mutlak. Disamping beberapa sarana komunikasi atau kontak yang terjalin antara manusia dengan sesamanya, yang keduanya kita kenal dengan sebutan hablum minallah wahablum minannasi (hubungan vertikal manusia dengan Allah dan hubungan horizontal antar sesama manusia) juga antara manusia dengan alam sekitarnya. Hal ini membuka peluang selebar-lebarnya bagi penganut agama Islam untuk berfikir dan berijtihad, guna memilih jalan yang paling layak dan baik baginya.

Kecanggihan teknologi dan pemikiran manusia semakin lama semakin maju. Berbagai sarana yang membantu manusia untuk bisa hidup nyaman dan enjoy telah dirakit sedemikian rupa. Satu abad yang lalu,  barangkali orang masih sulit membayangkan bagaimana cara mengetahui berita dibelahan dunia dalam sekejap dengan berleha-leha di dalam kamar. Kecanggihan pemikiran manusia ini tentunya akan membawa dampak, baik yang positif seperti yang diatas, maupun yang berdampak negatif. Sebagai contoh, karena orang sangat percaya terhadap kemampuannya, sehingga dalam urusan agama pun seakan-akan harus bisa beradaptasi dengan pemikiran mereka.

Islam sebagai qanun (undang-undang) yang mutlak harus diterapkan oleh penganutnya, telah memberi batasan-batasan yang tidak manerima tawar-menawar di dalam penerapan hukumnya. Islam adalah agama yang telah final dalam kesempurnaannya, sejak turun ayat yang artinya Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu (Muhammad) agamamu. Islam bertindak tegas dalam menentukan sanksi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan penganutnya, atau bid`ah-bid`ah dhalalah (sesat) yang dihidupkan yang dapat menyesatkan dan menggocangkan keimanan kaum muslimin, yaitu dengan ancaman neraka bagi pelakunya, sebab bid`ah dhalalah adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukan di zaman Rasulullah SAW  dan bertentangan dengan ajaran Islam.

Sebagai contoh, sekarang ini sedang marak di kalangan para penganut agama di Indonesia pada khususnya. Dengan dalih kemanusiaan, kerukunan, toleransi dan yang semisalnya, diadakanlah acara Doa bersama Muslim dan Nonmuslim. Di satu tempat dan waktu yang sama. Apa upaya kita sebagai seorang Muslim: Diam, ikut serta, ataukah Amar Ma`ruf Nahi Munkar ? yang terakhir inilah yang harus dapat kita realisasikan, karena Rasulullah SAW selalu menjalankan Amar Ma`ruf Nahi Munkar

Suatu saat Rasulullah SAW diajak orang-orang kafir untuk menyembah berhala bersama mereka, dengan tawaran di lain waktu akan menyembah Allah bersama umat Islam. Rasulullah SAW menolak ajakan mereka, bahkan Allah menurunkan ayat Al-Kafirun yang artinya  Bagi agamamu dan bagiku agamaku. Semestinya demikianlah yang harus kita lakukan sebagai aplikasi dari ketaatan kita kepada Rasulullah SAW.

Dari sisi yang lain Doa merupakan Makhul Ibadah (inti ibadah). Sedangkan ibadah adalah sesuatu komunikasi langsung antara hamba dengan Tuhan secara khusus, bagaimana mungkin hubungan seorang hamba dengan Allah dicampur adukan dengan kebathilan, yaitu dengan memohon kepada selain-Nya, bukankah itu termasuk syirik? Wal Iyadu Dillahi.

Jika memang benar diketegorikan demikian, ini bukan masalah remeh, sebab termasuk dosa yang tidak bisa diampuni oleh Allah Swt, sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Tersesat dalam pandangan Allah. Sesungguhnya Allah telah menyetempel bahwa Doa mereka tidak bakal diterma oleh Allah, dengan firman-Nya yang artinya, Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.

Apakah percampur adukan Doa kita dengan kesia-siaanya Doa mereka sebagai tujuan kita, tentunya tidak kan....?.  sebagai seorang hamba yang baik sudah tentu hanya petunjuk-Nyalah satu-satunya yang kita harapkan.

Pemrakarsa dan pelaku Doa bersama Muslim-Nonmuslim terkesan sebagai sikap arogansi sekaligus pelecehan terhadap agama Islam, mereka melakukannya tanpa ada rasa takut bertentangan dengan hukum Allah dan Rasul-Nya. Sikap sebagian umat Islam yang demikian itu, tidak terbatas pada pengadaan acara Doa bersama, bahkan masih banyak lagi yang semacamnya, seperti penafsiran-penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi, golongan, atau karena tendensi duniawi semata, seakan-akan kita tidak merasa yang demikian itu bertentangan dengan ajaran Islam.

Contoh paling ringan, di dalam Al-Quran kita diperintahkan untuk menjalin ukhuwah antara sesama Muslim, tentunya juga perintah saling menghormati, dan tidak saling manggugat kalau hanya berbeda pendapat sebatas masalah furu`iyah, politik, atau strategi berda`wah. Kecuali jika sudah berbeda masalah usuluddin, atau ketauhidan dan kemurnian aqidah.

Perintah ukhuwah ini tentunya berlaku bagi semua umat Islam baik yang satu wadah dalam berorganisasi dengan kita maupun lain organisasi. Namun kenyataan yang ada kita belum bisa menjalin ukhuwah Islamiyah yang baik dengan sesama muslim yang bernaung di lain organisasi dengan kita, apalagi berkerjasama demi kepentingan Islam.

Sangat riskan kiranya kalau diungkapkan satu hal lagi, namun sebagai bahan analisa dan renungan umat Islam adalah baik untuk diutarakan. Akhir-akhir ini kerjasama sebagai umat Islam dengan orang-orang kafir nonmuslim sangatlah erat terjalin, bahkan diantara tokoh-tokoh Islam ada yang berperan akitf dalam membela kepentingan agama lain, sebut saja Kristen atau Khonghucu yang di negara kita adalah minoritas. Walaupun tokoh-tokoh Islam tersebut memperjuangkan kepentingan kelompok minoritas ini dalam urusan kenegaraan, namun pantaskah seorang muslim memperjuangkan kepentingan musuh-musuh Allah dikarenakan kekafiran mereka kepada-Nya?

Yang selalu menjadi pertanyaan sebagian orang awam selama ini, apakah para tokoh Islam yang selalu membela kepentingan orang-orang kafir, tidak memikirkan efek negatif yang dalam ketauhidan umat secara makro, lebih-lebih ketauhidan pribadi sendiri?

Sebagai penganut Islam yang baik, tentunya tidak ingin hidup kita menjadi sia-sia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kita meyakini bahwa sesuatu kematian, akan menadapati hidup yang lebih kekal, lantas mengapa kita tidak lebih konsentrasi mempersiapkan kelayakan hidup di sana, dari pada membuang waktu untuk kepentingan musuh-musuh  Allah. (Apakah kalian tidak berfikir?)

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: ayi esbeem  - Kota: cirebon
Tanggal: 13/9/2014
 
Assalamualaikum
Bismillah,,
waktu sekolah ada teman2 yg nonmuslim. saat berdoa,pemimpin doa mempersilakan dgn kata "berdoa menurut agama masing2,mulai". kami pun berdoa menurut agama masing2,walaupun tujuannya sama. apa hal ini salah?
kemudian tentang membela kepentingan orang kafir, mungkin kita harus mengkaji "kepentingan" apa yg dimaksud. mengenai orang kafir sendiri bukankah yg dilaknat adalah kekufurannya? sedangkan orangnya kita blm tau saat nanti dia mati dlm keadaan kufur atau tidak.
mohon pencerahan 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
1. Yang disepakati keharamannya oleh MUI, jika yang memimpin/membaca doa itu non muslim dan yang mengamini itu umat Islam.

2. Kepentingan ibadah non muslim.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2024 Oleh Pejuang Islam