ASY-ARY & MATURIDY SEBAGAI ICON IDEOLOGI ASWAJA
Luthfi Bashori
Pada hari Selasa tanggal 24 Maret, penulis bersama Hb. Zain Abdullah Ba`abud, santri senior Ribath Almurtadla, diundang oleh Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur, untuk mengisi Diskusi Panel dengan tema Menyingkap Aqidah Asy`ariyah dan Maturidiyah Sebagai Icon Ideologi Aswaja.
Dengan membaca tema yang diangkat ini, menunjukkan bahwa sejatinya masyarakat Islam jaman sekarang sangat membutuhkan keterangan yang benar tentang keberadaan Aqidah Asy`ariyah dan Maturidiyah.
Dalam kegiatan itu, kami berdua sempat menyampaikan hakekat kedua Imam Aswaja, yaitu Imam Asy`ary dan Imam Maturidy, yang sejatinya, mereka berdua adalah pejuang pelestari ajaran Hadits Nabi SAW serta Atsar para shahabat.
Nabi SAW sendiri mengatakan, bahwa kelak umat Islam itu akan terbagi menjadi 73 golongan, yang semuanya itu akan masuk neraka kecuali hanya satu saja yang selamat dan akan masuk sorga, sebagaimana yang diistilahkan sebagai Alfirqatun najiyah (golongan yang selamat).
Adapun Alfirqatun najiyah, golongan yang akan masuk sorga itu, telah disifati oleh Nabi SAW dengan sabdanya: Golongan yang aku dan para shahabatku berada di dalamnya.
Ringkasnya, Nabi SAW juga berpesan: Hendaklah kalian mengikuti kelompok mayoritas (Assawadul Adham).
Realitanya, bahwa kelompok mayoritas yang diikuti oleh umat Islam dari jaman ke jaman adalah ajaran yang diperjuangkan dan dilestarikan oleh Imam Asy`ary dan Imam Maturidy.
Dahulu, di saat pemerintahan Islam dikuasai oleh orang-orang Mu`tazilah, yaitu penguasa diktator yang selalu memaksakan rakyatnya untuk ikut berfaham Mu`tazilah, maka kedua imam Aswaja ini, yaitu Imam Asy`ary dan Imam Maturidy tampil membela ajaran Nabi SAW dan para shahabat, sehingga saat itu keduanya dikenal sebagai icon bagi perjuangan para ulama Ahlus sunnah wal Jamaah.
Setelah beliau berdua meninggal dunia, maka para generasi berikutnya mengakui bahwa Imam Asy`ary dan Imam Maturidy adalah tokoh sentral bagi kelestarian aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, hingga sampai sekarang ini tetap lestari.
Imam Asy`ari sendiri mengikuti madzhab fiqih Syafi`iy sedangkan Imam Maturidy ikut madzhab fiqih Hanafiy.
Kami memandang, sudah seharusnya aqidah Asy`ariyah dan Maturidiyah ini, diajarkan ulang secara umum kepada masyarakat Indonesia, dan kepada para santri pada khususnya, karena saat ini telah bermunculan tokoh-tokoh Wahhaby yang juga mengaku-ngaku sebagai pengikut Ahlus sunnah wal jamaah, namun mereka berani mengkafirkan Imam Asy`ary dan Imam Maturidy. Kaum Wahhaby yang sering mengatasnamakan sebagai kaum Salafy ini, tiada lain adalah para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab Annajdi.
Dalam Diskusi Panel, penulis sempat memberikan gambaran pemahaman terhadap istilah Assawadul Adham atau golongan terbanyak yang sesuai anjuran Nabi SAW, agar umat Islam bergabung dengan golongan ini. Penulis menerangkan barangkali dapat diibaratkan sebagai berikut, bahwa jika Islam itu ibarat sebuah bola yang bulat 100 persen, maka bagian yang 90 persennya itu adalah pengikut Aswaja, sedangkan bagian yang 10 persen sisanya itu, dibagi menjadi berapa kelompok non Aswaja, antara lain sekte Syiah dengan berbagai cabang-cabangnya, sekte Mu`tazilah, Khawarij, Murji`ah, Qadariyah, Jabbariyah, Wahhabiyah, dan lain sebagainya.
Adapun istilah Nabi SAW dengan mengatakan, bahwa kelak umat Islam itu akan terpecah menjadi 73 golongan, maka oleh sebagian ulama dimaknai, bukanlah jumlahnya harus tepat 73 golongan, namun mengikuti dialeg bahasa Arab kala itu, adalah menunjukkan arti banyak. Maksudnya akan terpecah menjadi banyak golongan.
Kepedulian panitia Diskusi Panel Pesantren Sidogiri, dalam mengangkat tema yang cukup signifikan ini, patut untuk ditiru oleh umat Islam, khususnya mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan Islam, dan umat Islam pada umumnya.
Menggelar pengajian baik dalam bentuk majelis ta`lim, seminar, dialog, diskusi panel, dan yang semisalnya dengan tema yang sangat penting seperti ini, tentunya akan sangat bermanfaat bagi kelestarian aqidah Aswaja, khususnya bagi kalangan umat Islam Indonesia, sebagai negeri Walisongo.