TELAT SHALAT TARAWIH
Luthfi Bashori
Agak kosong, demikianlah jadwal kami hari Sabtu bakda Subuh di bulan Suci Ramadlan ke 22. Duduk di depan laptop, megingatkan peristiwa semalam, tatkala kami berangkat untuk memenuhi undangan ceramah bakda Tarawih di salah satu masjid di kodya Malang yang berjarak sekitar 10 km dari tempat kami. Sudah sebulan yang lalu, takmir masjidnya mengontak kami agar dapat mengisi ceramah untuk jamaah shalat Tarawih.
Sekalipun ada kesalahan di pihak kami, karena berangkat agat telat karena suatu sebab, namun kami juga agak terheran-heran, karena setiba kami di tempat tujuan, ternyata jamaah shalat Tarawi sudah kosong. Padahal perkiraan kami, mestinya masih ada waktu seperempat jam antara kedatangan kami dengan pelaksanaan shalat witir.
Sesuai perjanjian, kami parkir mobil di depan swalayan terdekat, karena posisi masjid berada di dalam kampung sempit, kami sendiri tidak hafal jalan yang cukup berliku menuju masjid. Memang beberapa tahun silam kami pernah diundang ceramah di masjid itu.
Setengah jam kami menunggu di tempat parkir, dan berkali-kali menelpun serta mengirim SMS ke nomer HP ta`mir yang diberikan kepada kami sebelumnya. Namun tidak ada jawaban dari pemegangnya. Hingga akhirnya salah satu santri Ribath yang menyertai kami, terpaksa mencari masjid terkait.
Kami sendiri masih menunggu di mobil. Setelah agak sedikit lama menunggu maka muncullah santri yang kami tugaskan itu dengan membawa berita, di masjid terkait sudah sepi. Hanya ada dua orang yang membaca Alquran. Saat ditanya oleh santri, kok jamaah tarawihnya sudah bubar? Maka dijawab, di sini shalatnya hanya delapan rakaat.
Pantas saja kami telat, karena perhitungan kami mestinya masih ada waktu untuk mengikuti jamaah Tarawih jika dilaksanakan dua puluh rakaat, sebagai mana pelaksanaan di Masjidil Haram Makkah maupun Masjid Nabawi Madinah, serta di Ribath Almurtadla.
Kami beranjak pulang, lantaran belum shalat Isyak dan Tarawih, maka kami menuju satu masjid yang cukup besar dengan parkiran luas untuk melaksanakan shalat Isyak dan tarawih bersama santri yang ikut.
Di tengah perjalanan, kami mendapat jawaban SMS dari no takmirnya, katanya menjelang adzan Isyak beliau nunggu di depan swalayan, namun karena kami belum datang maka beliau langsung ke masjid untuk berjamaah Isyak dan tarawih. Setelah tarawih beliau sejenak menengok kami di depan swalayan tapi kami belum datang, maka beliau pulang ke rumahnya.
Tak lama lagi, kami mendapatkan SMS dari istri yang titip jika kami ada kesempatan untuk membelikan tambahan toples kuwe lebaran, maka sebelum masuk masjid agak besar yang menjadi tujuan kami untuk shalat Isyak dan Tarawih, kami sempatkan masuk ke swalayan tempat berjualan toples kuwe lebaran.
Ada banyak pilihan, yang menarik hati kami adalak toples berbahan stanlis bertutup transparan. Perhitungan kami, bahannya kuat dan tahan lama, serta sangat rapat karena menggunakan tehnik modern dalam kemasan penutupnya.
Sekalipun agak mahal dari umumnya harga toples, kami memilih toples stnanlis itu, dengan harapan masih layak diperguanakan sekalipun untuk beberapa tahun mendatang, apalagi bentuknya yang unik dan menarik hati.
Berikutnya kami masuk masjid untuk shalat. Usai wudlu kami masuk ke dalam masjid dan ternyata ada seorang yang membaca tartil Alquran sendirian dengan suara yang aduhai merdu dengan lagu yang sangat baik. Namun saat membacanya itu menggunakan pengeras suara yang sangat keras hingga suara indahnya seakan-akan memenuhi ruangan masjid.
Masalah yang timbul, kami yang melaksanakan shalat berjamah menjadi tidak dapat membaca secara sempurna surat Alfatihah dan surat pendek karena kami berlaku sebagai imam. Akhirnya hanya lafadz waladdhaaalliin saja yang terpaksa kami keraskan agar mendapat respon amiin dari dua orang makmum, padahal pengaturan jarak posisi kami dan makmum terpaksa kami setting sangat dekat sekali, hanya sekitar satu hasta. Itupun terhalang suara bacaan tartil Alquran tadi.
Andaikan saja suara pengerasnya sedikit dipelankan, tentu orang lain yang niat beri`tikaf, atau membaca Alquran sendirian, dan yang punya hajat shalat seperti kami ini, pasti akan lebih dapat menikmati kekhusyu`an masuk masjid sesuai kepentingan masing-masing. Mudah-mudahan para aktifis masjid dapat mengerti permasalahan yang dihadapi para jamaahnya dengan membaca artikel ini.