RUMAH SEHAT vs RUMAH SAKIT
Luthfi Bashori
Pribahasa : Al`aqlus saliim fil jismis saliim, akal sehat itu terletak pada tubuh yang sehat, ada benarnya juga sekalipun bukan mengharuskan tubuh yang sehat pasti akalnya sehat. Karena sering terjadi orang yang memiliki tubuh sehat justru melakukan aktifitas abnormal, seperti perilaku korupsi yang kini marak terjadi di kalangan pejabat negara.
Bahkan ada anggota DPR yang pada saat dipilih dahulu dianggap berakal sehat, ternyata setelah terpilih, malah doyan ngelencer dengan uang negara tanpa mempunyai rasa malu sedikitpun.
Maklumlah karena akal mereka sudah mengindap penyakit kronis sekalipun kondisi tubuh mereka 100% dijamin sehat.
Korelasi keterangan di atas dengan judul yang tertera adalah timbulnya pertanyaan, apakah mungkin bangsa Indonesia merubah sedikit istilah Rumah Sakit? Maksudnya, perlu kiranya dikaji ulang apa sudah layak saat ini diadakan penambahan istilah Rumah Sakit dan Rumah Sehat.
Misalnya, jika ada paisen yang terserang penyakit pada bagian anatomi tubuh, maka sebaiknya dirawat di Rumah Sehat.
Hingga kebijakan pengelolah Rumah Sehat harus disesuaikan dengan motto menyehatkan pasien.
Syarat terwujudnya Rumah Sehat, kini sudah umum dilakukan di mana-mana oleh pengelola `Rumah Sakit`. Gedung yang representatif, lingkungan yang besih, indah dan sehat, serta aturan yang sudah baik.
Apalagi, tujuan utama adalah menyembuhkan para pasien. Barangkali yang saat ini disebut `Rumah Sakit` bisa dirubah menjadi Rumah Sehat.
Lantas, mana yang cocok dinamakan Rumah Sakit?
Jika memungkinkan, perlu kiranya segera didirikan tempat penyembuhan bagi para pengindap penyakit mental.
Orang-orang yang tidak punya rasa malu, mereka inilah adalah pengindap penyakit mental.
Karena itu sangat tepat Hadits Nabi SAW yang menyentil perilaku ini, idza lam tastahi fal`al ma syikta (Jika engkau tidak malu, berbuatlah semaumu).
Tempat untuk penyembuhan penyakit mental inilah yang tepat disebut Rumah Sakit. Prospek pendirian Rumah Sakit khusus para penderita penyakit mental sangat baik, seiring dengan banyaknya orang yang tertimpa penyakit masyarakat.
Coba saja disimak, berapa banyak orang yang sudah tidak punya rasa malu dengan mabuk-mabukan di depan umum?
Berapa banyak orang yang terlibat perselingkuhan, terlibat pornografi, KKN, infotaiment, hamil di luar nikah, narkoba, pemikiran dan pemahaman sesat, serta penyakit masyarakat lainnya?