MENYIKAPI PERISTIWA PEMBAKARAN ALQURAN
Luthfi Bashori
Dua pendeta Bob Old dan Danny Allen, adalah pendeta amoral yang membakar Alquran beberapa waktu yang lalu. Tepatnya saat memperingati peristiwa 11 September, mereka berdua merespon statemen Pendeta John Terri asal Florida yang pertama kali menggagas pembakaran kitab suci Alquran. Tentu saja, umat Islam seluruh dunia marah dan mengecam tindakan biadab ini, baik terhadap John Terri yang melempar wacana pembakaran, maupun Bob Old dan Danny Allen yang mensosialisasikan tindakan biadab tersebut.
Dalam situasi panas dan kondisi yang demikian mendidih, tiba-tiba muncul statemen penganut Syiah Imamiyah yang sengaja memancing di air keruh, dengan cara mendiskreditkan para Shahabat Nabi SAW, Syiah Imamiyah mengatakan : Tiada bedanya pembakaran Alquran yang dilakukan oleh Pendeta Bob Old - Danny Allen dengan pembakaran Alquran yang dilakukan oleh para Shahabat di jaman Khalifah Utsman.
Untuk menjawab tudingan miring kaum Syiah terhadap para Shahabat, perlu dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembakaran Alquran yang diprakarsai oleh Khalifah ke tiga yang sah di dalam Islam, Sayyidina Ustman bin Affan bertujuan untuk pemurnian Alquran, karena saat itu beliau tengah mengerjakan standarisasi Alquran.
2. Alquran yang dibakar adalah mushaf simpanan para shahabat, yang di dalamnya terdapat campuran tulisan pemiliknya, adakalanya berupa tafsiran ayat tertentu atau hadits Nabi SAW yang terkait ayat tertentu.
Karena kebiasaan setiap orang berbeda-beda dan Khalifah Utsman khawatir jika mushaf simpanan para shahabat yang berisi campuran itu, suatu saat dibaca oleh selain pemiliknya, lantas orang lain itu dikhawatirkan menyangka bahwa tambahan-tambahan tulisannya itu juga dianggap sebagai isi Alquran karena ketidaktahuannya.
3, pembakaran Alquran di masa Khalifah Utsman, adalah merupakan hasil kesepakatan para shahabat, dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidina Hasan bin Ali serta Sayyidina Husain bin Ali termasuk yang ikut andil dalam pembakaran dan pemusnahan Alquran, demi mengadakan standarisasi.
4. Dengan diadakan standarisasi Alquran oleh Khalifah Utsman, yang pada berikut hari disepakati sebagai Mushaf Ustmani atau Mushaf Induk, maka kemurnian Alquran dapat dipertanggungjawabkan, dan kelestarian Alquran akan terjaga selamanya, hingga bermanfaat bagi umat Islam seluruh dunia hingga kini.
Inilah haqiqat penjagaan dari Allah yang diimplementasikan lewat tangan-tangan terampil Sayyidina Utsman dan para perangkat penulisan standarisasi Alquran, serta hikmah pembakaran mushaf-mushaf lain selain mushaf Induk.
5. Maka, siapapun adanya, khususnya kaum Syiah Imamiyah yang mengingkari kemurnian Alquran mushaf Utsmani, pasti tidak akan mampu membuat Alquran tandingan yang berbeda dengan mushaf Induk ini.
Paling-paling mereka hanya berani menulis buku yang di dalamnya terdapat caci maki terhadap kemurnian mushaf Utsmani, dan penghujatan-penghujatan lainnya terhadap para shahabat pencetus standarisasi di jaman Khalifah Utsman.
Contohnya seperti buku Syiah Imamiyah yang berjudul Fashlul khithaab fi tahriifi kitaabi rabbil arbaab (Kata Kepastian Atas Adanya Perubahan Isi di Dalam Kitabullah / Alquran).
Dalam buku ini, secara terang-terangan Syiah Imamiyah mengingkari kemurnian Alquran kitab suci umat Islam.