SUKA MENJILAT & IRI HATI
Luthfi Bashori
Rasulullah SAW bersabda: “Sikap menjilat dan iri hati bukanlah akhlak seorang mukmin, kecuali (diperbolehkan bersikap demikian) dalam mencari ilmu. (HR. Imam Bukhari melalui Sayyidina Muadz RA).
Maksud menjilat (tamalluk menurut bahasa hadits), dalam bab ini adalah usaha berbuat sesuatu untuk mendapat pujian atau kenaikan pangkat, atau merayu dan mengambil hati atasan, atau mencari muka namun dengan cara yang tidak benar, semisal ada niatan menghancurkan reputasi kawannya dengan cara menjilat atasannya.
Sedangkan yang maksud iri (hasad menurut bahasa hadits), saat ini sering juga disebut julid, yaitu sifat iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain, biasanya dilakukan dengan cara menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang sifatnya menyudutkan orang tertentu.
Baik tamalluk maupun hasad, adalah sifat tercela yang wajib dijauhi oleh umat Islam, karena kedua sifat buruk ini sangat merugikan orang lain, dan tentunya tergolong perbuatan dosa di hadapan Allah SWT.
Menjilat dan iri hati ini hanya boleh dilakukan di saat mencari ilmu agama. Namun yang dimaksud dengan pengertian menjilat dan iri hati dalam mencari ilmu agama adalah yang mengandung makna positif, bukan yang negatif.
Dalam bahasa hadits, sifat menjilat dan iri yang diperbolehkan itu disebut ghibthah. Yaitu seseorang yang merasa iri positif kepada kawannya yang telah berhasil mendapatkan ilmu agama bahkan telah menjadi alim, hingga dirinya ingin juga menjadi seperti keberhasilan kawannya itu, namun tanpa berharap kawan tersebut jatuh terpuruk, bahkan jika dirinya berhasil maka sang kawan itu pun akan dijadikan mitra dalam diskusi keilmuan.
Sedangkan menjilat yang diperbolehkan itu, semisal usaha seorang murid dengan melakukan perilaku yang mulia di hadapan syaikhnya, seperti di samping upaya belajar ilmu agama, ia pun niat berkhidmat kepada syaikhnya dengan sungguh-sungguh dan penuh ikhlas, agar syaikhnya tersebut merasa cinta kepada dirinya, sehingga syaikhnya itu diharapkan sering mendoakan dirinya serta memberikan sirr (rahasia keberhasilan) kepada dirinya.
Usaha ini pun tanpa harus afda niatan untuk menjatuhkan orang lain yang sama-sama belajar kepada sang syaikh tersebut. Namun semua kawan yang sedang belajar kepada syaikhnya itu justru diajak untuk berkhidmat secara bersama-sama pula secara ikhlas.