MENCARI KEBAHAGIAAN DUNIA & AKHIRAT
Luthfi Bashori
Manusia itu saat menjalani hidup di dunia hanyalah sekali saja dan durasi waktunya pun sangat terbatas, sedangkan untuk hidup di akhirat itu akan dijalani selama-lamanya.
Menikmati kehidupan di dunia itu tidak dilarang oleh agama, asalkan saat menjalaninya itu dengan menyesuaikan aturan syariat yang telah diturunkan oleh Allah.
Banyak cara bagi seseorang yang ingin menikmati kehidupan duniawi, seperti dengan mencari rezeki yang dapat mencukupi kehidupan duniawinya, namun ia tetap mempertimbangkan untuk meraih kebahagiaan hidup di akhirat nanti yang jauh lebih baik.
Rasulullah SAW bersabda: “Bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, seseorang yang mengabaikan urusan duniawinya demi urusan akhiratnya, dan bukan pula seseorang yang mengabaikan urusan akhiratnya demi urusan duniawinya sehingga ia mendapatkan keduanya secara bersamaan. Sesungguhnya dunia itu merupakan sarana atau jalan untuk menuju ke akhirat, dan jangan sekali-sekali orang lain. (HR. Imam Ibnu Asakir melalui Sayyidina Anas RA)
Tentang hal ini, Allah berfirman pula yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77).
Untuk mengukur kemampuan diri, rasanya perlu juga seseorang itu memahami prosesi status social yang umum terjadi di masyarakat, dan berikut ini di antaranya:
10 PROSESI STATUS SOSIAL DALAM KEHIDUPAN
1. Disuapi orang orang tua.
2. Makan sendiri.
3. Belajar mandiri.
4. Bekerja mencari ma’isyah (rezeki).
5. Berumah tangga.
6. Menanggung kebutuhan kelaurga.
7. Memenuhi keinginan keluarga.
8. Memenuhi kesenangan dan hobi pribadi yang berkelas.
9. Memiliki tabungan rezeki yang berkelebihan.
10. Membantu pihak lain secara all out.