MENGEJAR BAHAGIA DUNIA & AKHIRAT
Luthfi Bashori
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang tidak meninggalkan urusan akhirat demi urusan duniawinya, dan pula tidak meninggalkan perkara duniawi demi perkara akhiratnya, dan tidak mau menjadi beban bagi orang lain.” (HR. Imam Al-Khatib melalui Sayyidina Anas RA).
Tidak baik seseorang yang sengaja meninggalkan perkara akhirat hanya demi meraup kehidupan duniawi, karena cinta dunia itu akan menutup bahkan mematikan hati. Sebaliknya, tidak baik pula seseorang yang sengaja meninggalkan urusan duniawinya, hanya karena berkonsentrasi memikirkan akhiratnya, hingga menjadi beban bagi orang lain.
Yang terbaik adalah seseorang yang selalu berusaha mandiri dalam menjalani kehidupan duniawinya, hingga tidak menjadi beban bagi orang lain, dan mampu menafkahi keluarganya walaupun dalam kehidupan yang sangat sederhana, lantas berusaha memperbanyak beribadah kepada Allah, karena rajin beribadah itu dapat membuka hati, serta membuka pintu rezeki.
Orang yang rajin beribadah, sama halnya sedang memperbaiki kehidupan akhirat. Adapun bentuk ibadah itu sendiri sangat variatif, ada yang berbentuk shalat baik fardhu maupun sunnah.
Atau dalam bentuk sedekah harta, tenaga, pikiran dan sebagainya. Ada pula ibadah seperti menyenangkan keluarga dan sesama muslim. Atau beribadah dengan cara berniat meninggalkan kemaksiatan, serta memerangi kemungkaran yang terjadi di tengah masyarakat.
Allah berfirman yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain), sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).