BERSIFAT MULIA
Luthfi Bashori
Bersikap dengan sifat mulia sangatlah ditekankan dalam ajaran Islam. Bahkan adab sopan santun yang diamalkan oleh seseorang itu jauh lebih mulia daripada banyaknya ilmu yang dimilikinya, itu
jika si pemilik ilmu tidak memiliki adab kesopanan yang baik.
Jika seseorang mempelajari ilmu agama dan mendalaminya, maka yang perlu untuk ditingkatkan untuk dirinya adalah memperbagus akhlaq atau adab sopan santun dalam menjalani kehidupannya, agar dapat mengamalkan sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” (HR. Albaihaqi).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Imam Thabrani melalui Sy. Imran Ibnu Husain RA:
“Sesungguhnya Allah SWT memurnikan agama ini untuk diri-Nya, dan tidaklah layak bagi agama kalian kecuali sifat pemurah, dan akhlak yang baik, karena itu hiasilah agama kalian dengan kedua sifat tersebut.”
Yang dimaksud dalam hadits ialah, tidak layak bagi penganut agama Islam kecuali harus menghiasi dirinya dengan sifat pemurah dan akhlak yang baik, sesuai dengan keagungan Allah SWT yang telah menetapkannya.
Dalam praktek kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat, tentu ada tata cara hidup yang baik dan kesopanan yang prima, sesuai dengan norma kemasyarakat dan ajaran agama yang harus dijunjung tinggi oleh setiap muslim, namun adalagi tata cara seorang muslim dalam kaitannya berhubungan dengan Allah saat beribadah kepada-Nya. Untuk tata cara seorang muslim saat berhubungan dengan Allah sang Khaliq dalam penghambaan kepada-Nya, maka disebut dengan ilmu Tashawwuf.
Karena itu demi kesempurnaan kehidupan seorang muslim, hendaklah ia mempelajari ilmu Aqidah ketauhidan, ilmu Fiqih ibadah dan muamalah, serta ilmu Tashawwuf demi kebaikan dan kesempurnaan ibadahnya kepada allah.