LISAN BENGKOK MEMBENTUK PRIBADI YANG BENGKOK
Luthfi Bashori
Secara umum, lisan (dan tulisan) seseorang itu menunjukkan jati diri siapa hakikat figurnya. Jika lisannya selalu menyampaikan yang baik, tentu dirinya itu tergolong orang yang baik. Jika lisannya berani menyampaikan bahwa ‘yang haq itu haq’ dan ‘yang bathil itu bathil’ serta berani menolak kemunkaran apapun bentuknya, maka hakikat dirinya itu adalah ‘Pejuang Amar Ma’ruf Nahi Munkarâ€. Namun sebaliknya, jika lisannya enggan menyampaikan kebenaran, dan selalu membela kemunkaran, tentu yang lebih pantas untuknya itu dijuluki sebagai ‘Penjahat Aqidah’.
Saat ini sudah banyak di antara lisan (dan tuisan) orang-orang yang berbaju Islam, namun justru lebih condong menjadi “Penjahat Aqidah’. Mereka adalah kelompok yang secara terang-terangan selalu membela keberadaan kemaksiatan fisik, maupun membela kemunkaran paham dan aliran sesat, bahkan membela kekafiran serta kepentingan orang kafir.
Lebih memprihatinkan lagi, orang-orang yang semacam ini sudah tidak malu melakukan pembelaannya terhadap kemunkaran dan kemaksiatan di depan publik, hingga yang tampak secara dhahir, bahwa kelompok semacam ini sudah tidak lagi takut kepada Allah.
Memang, terkadang ada di antara golongan yang dimaksud ini tidak menampakkan diri sebagai ‘Penjahat Aqidah’ dengan melakukan kesesatan maupun melakukan kemaksiatan secara kasat mata. Namun, hal itu bukan berarti keberadaan mereka ini tidak membahayakan aqidah umat Islam. Apalagi jika pelakunya itu sudah dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang ditokohkan dan diidolakan lantas secara sengaja membela kemunkaran dan kemaksiatan, termasuk membela keberadaan aliran dan paham sesat di depan publik.
Sebenarnya, orang-orang dengan tipe macam ini adalah golongan penjerumus umat Islam ke dalam kesesatan dan kemaksiatan, serta menjerumuskan umat Islam ke lembah hitam dan kehinaan di hadapan Allah, bahkan golongan macam inilah yang lebih cepat dapat merusak aqidah umat Islam.
Sy. Sa’id Al-Khudri RA menuturkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila anak Adam (umat manusia) memulai kegiatannya pada pagi hari, seluruh anggota tubuh berpesan kepada lisan agar berhati-hati. Pesan mereka, ‘wahai lisan, bertaqwalah kepada Allah dalam membawa kami. Kami bergantung kepada kamu. Jika kamu lurus, kami juga lurus. Apabila kamu bengkok, kami juga bengkok.†(HR. Tirmidzi).
Untuk menjaga keselamatan diri di hadapan Allah kelak, maka hendaklah umat Islam itu pandai-pandai menjaga lisan (dan tulisan).
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berilah makan orang yang lapar, berilah minum orang yang dahaga, perintahlah berbuat baik, dan cegahlah berbuat mungkar. Jika engkau tidak sanggup (melakukan semua itu), maka jagalah lidahmu untuk kebaikan.†(HR. Ibnu Abiddunya).
Nabi SAW bertanya kepada para shahabat, “Tahukah kalian amal apakah yang dicintai oleh Allah SWT?â€
Para shahabat tidak menjawab.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Amal tersebut menjaga lisan.†(HR. Baihaqi).
Sy. Anas RA. memberitahukan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Iman seseorang tidak akan istiqamah (stabil terus-menerus), kecuali jika hatinya istiqamah. Hati tidak akan istiqamah , kecuali lisannya istiqamah.†(HR. Ahmad).