ST. AISYAH RA, ISTRI TERSAYANG NABI S.A.W
Luthfi Bashori
Menukil dari Buku Pintar Hadits, karya Syamsul Rijal Hamid, sangat penting untuk dipahami oleh umat Islam, bagaimana hakikat Rasulullah SAW sangat mencintai St. Aisyah dan bagaimana St. Fathimah yang sangat menghormati sang bundanya, yaitu St. Aisyah. Hal ini sangat berbeda dengan keyakinan kaum Syiah yang sangat membenci St. Aisyah RA.
Disebutkan bahwa suatu masa para istri Nabi Muhammad SAW pernah terbagi dalam dua kelompok kedekatan. Golongan pertama adalah ‘Aisyah, Hafshoh, Shofiyyah, dan Saudah. Golongan kedua adalah Ummu Salamah dan istri-istri beliau lainnya.
Mayoritas shahabatpun mengetahui tentang kasih sayang Rasulullah SAW kepada ‘Aisyah putri Sy. Abu Bakar, yang melebihi kasih sayang beliau kepada para istri lainnya. Karena itu, jika mereka ingin memberikan hadiah kepada Nabi SAW, mereka menunggu sampai beliau SAW sedang berada di rumah St. Aisyah.
Suatu saat, golongan Ummu Salamah mempermasalahkan hal ini. kepada Ummu Salamah mereka berkata, “Mohonlah kepada Rasulullah SAW agar mengumumkan kepada orang banyak, bahwa barangsiapa berniat memberi hadiah kepada Nabi SAW hendaklah menyerahkannya saat beliau berada di rumah istri yang mana saja.”
Ummu Salamah menyampaikan pesan tersebut kepada Nabi SAW, namun beliau SAW tidak menjawab sepatah katapun. Mengetahui hal ini para istri itu mendesak Ummu Salamah agar menyampaikannya lagi. Namun, beliau SAW tidak menjawabnya juga. Barulah ketika hal itu disampaikan kepada Rasulullah SAW untuk ketiga kalinya, beliau bersabda, “Janganlah aku disakiti berkenaan dengan ‘Aisyah. Sungguh sebagian wahyu datang kepadaku sewaktu aku dalam selimut seorang wanita, (kecuali) ketika aku di rumah ‘Aisyah.”
‘Aku bertaubat kepada Allah karena menyakiti engkau, ya Rasulullah,” ungkap Ummu Salamah saat itu juga.
Merasa protes mereka melalui Ummu Salamah tidak membawa hasil, para istri Nabi SAW meminta bantuan St. Fatimah, putri Rasulullah SAW. Lalu St. Fathimah mengatakan kepada Rasulullah SAW, “Sesungguhnya istri-istri Abah, karena Allah memohon keadilan Abah mengenai putri Abu Bakar.”
“Hai anakku,” ujar Rasulullah SAW dengan lembut. “Apakah engkau tidak menyayangi orang yang aku sayangi?”
“Begitulah seharusnya,” Ujar St. Fatimah RA. Lalu ia memberitahukan jawaban Nabi SAW kepada para istri beliau yang menyuruhnya. Dan ketika St. Fatimah RA diminta sekali lagi memperjuangkan keadilan bagi mereka, maka beliau menolaknya.
Namun, para istri Rasulullah SAW yang iri atas ‘Aisyah itu tidak menyerah. Kali ini ia meminta tolong kepada St. Zainab binti Jahsyi, istri Nabi lainnya. Lalu St. Zainab pergi menemui Nabi SAW yang saat itu sedang berada di rumah St. Aisyah. Dengan sedikt memaksa beliau menyatakan, “Sungguh istri-istri engkau, karena Allah, memohon keadilan tentang putri Abu Quhafah.”
Namun Nabi SAW memandang kepada St. Aisyah yang sedang duduk. Lalu dengan tentang beliau SAW bersabda, “Sungguh ia putri Abu Bakar.” (HR. Bukhari)
KETERANGAN:
St. Aisyah RA menjadi istri yang paling disayangi oleh Nabi SAW karena sebagian wahyu beliau terima saat beliau berada di sisi St. Aisyah. Selain itu, St. Aisyah seorang wanita yang sangat cerdas dan kuat hafalannya sehingga sangat membantu dalam menyiarkan ajaran Islam. Ditambah lagi ia putri dari Sy. Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Penghormatan Nabi SAW kepada Sy. Abu Bakar sedemikian besar, karena beberapa hal, antara lain:
• Sy. Abu Bakar adalah seorang laki-laki pertama kali memeluk Islam.
• Sy. Abu Bakar mendukung dakwah Nabi SAW sejak beliau menyiarkannya secara diam-diam.
• Sy. Abu Bakar menyerahkan diri dan seluruh hartanya demi syiar Islam.
SAAT SAKIT KERAS NABI S.A.W MENETAP DI RUMAH ‘AISYAH
St. Aisyah RA menyatakan, “Sewaktu penyakit Nabi SAW bertambah berat, beliau meminta izin kepada para istri beliau agar dirawat dirumahku, dan mereka semua mengizinkan. Beliau SAW dipapah oleh dua orang laki-laki dengan kaki beliau terkulai ke tanah. Beliau SAW dipapah oleh Sy. Ibnu Abbas dan seorang laki-laki lainnya.”
Sy. Ubaidillah RA mengungkapkan, bahwa ia menceritakan kepada Sy. Ibnu Abbas keterangan St. Aisyah tersebut. Lalu Sy. Ibnu Abbas bertanya kepadanya, “Tahukah engkau, siapakah laki-laki itu yang tidak disebutkan namanya oleh Aisyah?”
“Tidak.” Jawan Sy. Ubaidillah.
Sy. Ibnu Abbas menjelaskan, “Laki-laki itu ialah Ali bin Abu Thalib.” (HR. Bukhari)
KETERANGAN :
Permintaan Nabi Muhammad SAW untuk menetap di rumah St. Aisyah ini juga isyarat lain bahwa beliau memang lebih menyayangi St. Aisyah dibandingkan dengan para istri lainnya.
RASULULLAH S.A.W HANYA TERSENYUM SAAT ST. AISYAH RA MARAH
Suatu ketika St. Aisyah RA pernah marah kepada Rasulullah SAW saat itu ia mengatakan, “Engkau ini hanya mengaku-ngaku saja sebagai Nabi.” Nabi Muhammad SAW yang mulia hanya tersenyum mendengarnya dengan penuh kesabaran. (HR. Muslim)
KETERANGAN:
Kesabaran setiap manusia pastilah ada batasannya dan ketika kesabaran itu sudah sampai pada puncaknya, pastilah ia marah. Jika seseorang bisa marah, itu berarti masih sehat. Karena, hanya orang dungu yang tidak bisa marah. Untuk itu, apabila suami/istri saudara marah, biarkan saja ia melampiaskan kemarahannya. Percayalah, setelah semua uneg-unegnya keluar, pasti dia akan terdiam dengan sendirinya. Bahkan, jika kita tidak membalas kemarahannya, ia pasti menyesal kemudian memohon maaf atas kemarahannya.
Pada saat seperti itu, kita bisa memberikan pengertian, “Soal begitu saja marah-marah. Kan bisa kita bicarakan baik-baik.” Tetapi, jika kita balik memarahinya saat emosinya belum reda, akan membuatnya semakin marah dan berapi-api. Ini yang menumbuhkan suasana tidak sehat dalam kehidupan suami-istri selanjutnya, dan contoh terbaik bagi suami yang sedang menghadapi kemarahan istri adalah Nabi Muhammad SAW beliau hanya tersenyum saat ‘Aisyah RA marah.