Luthfi Bashori
Sebuah wilayah yang tidak jauh dari bandara Mesir menuju arah kota, tempat itu diperkenalkan kepada kami oleh gaet asal Mesir sebagai Kota Kuburan.
Tentu saja kami keheranan tatkala pertama kali mendengar istilah Kota Kuburan, sehingga perhatian kami menjadi terfokus ke arah kanan dan kiri jalan yang kami lewati.
Di sekitar wilayah itu tampak dari kejauhan terdapat banyak bangunan berbentuk kotak-kotak setinggi kurang lebih dua meteran. Sebagian dari bangunan itu kami lihat sudah hancur berantakan sekalipun masih banyak yang tampak utuh. Selidik punya selidik ternyata tidak seorang pun yang tampak beraktifitas di daerah itu.
Kami penasaran dibuatnya, karena itu kami menanyakan kepada gaet tentang lika-liku Kota Kuburan. Ternyata di sepanjang jalan itu adalah tempat pekuburan umum dan sekaligus tempat mangkal kaum fuqara` dan masakin warga Mesir yang tidak mampu membeli rumah tempat tinggal.
Jika siang hari mereka mencari ma`isyah untuk memberi nafkah bagi anggota keluarganya, namun saat malam hari mereka datang ke Kota Kuburan itu untuk beristirahat.
Makam kuburan yang terlindungi oleh bangunan berbentuk kotak-kotak ini tampak unik, rasanya baru pertama kali itu kami menyaksikannya. Dari luar tidak tampak sama sekali batu nisan maupun gundukan tanah sebagaimana layaknya tanah pekuburan, bahkan jika tidak ada keterangan dari gaet, kami pasti menyangka bahwa tampat itu adalah semacam peninggalan jaman Mesir kuno yang tidak terawat, atau semacam pasar tradisional yang sedang tutup total.
Memang terdengar aneh, mudah-mudahan kami tidak salah dengar dan tidak salah di dalam mengambil kesimpulan. Perlu dimaklumi, karena di tempat itu kami tidak diajak turun dari kendaraan antar-jemput keliling Mesir.
Di samping melewati Kota Kuburan, kami juga melewati Masjid Ibnu Thaluun. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 7 hektar. Karena kami orang asing dan lagi-lagi tidak diajak turun dari kendaraan, maka yang tampak dari luar adalah sebuah masjid yang berada di tengah rumah-rumah bersusun, sehingga tidak tampak kemegahannya selain bangunan depan masjid dan dinding panjang ke arah belakang. Sedangkan di kanan kirinya sudah bercokol gedung-gedung bertingkat berciri khas Mesir dan Timur Tengah pada umumnya.
Di Mesir itu terdapat ribuan masjid, baik masjid-masjid peninggalan sejarah seperti Masjid Sayyidah Zainab dan Masjid Al-azhar yang sangat terkenal itu, dan biasanya masjid bersejarah itu memiliki menara lebih dari satu, maupun masjid-masjid yang dibangun pada masa kini dan umumnya memiliki satu menara.
Sekalipun demikian, tata cara berpakaian masyarakat Mesir dewasa ini tampaknya sudah mulai bergeser dari budaya Arab menuju budaya Barat. Hal ini terbukti, sekalipun warga Mesir masih kental menggunakan bahasa Arabiah Suqiyah (prokem Arab), namun kaum lelakinya sudah mulai meninggalkan budaya berjubbah (tsaub) panjang.
Sangat berbeda dengan kebiasaan masyarakat Saudi Arabiah yang rata-rata kaum lelakinya masih menggunakan jubbah (tsaub) panjang dan berghuthrah (sorban) yang dibentuk lembar segi tiga sebagai penutup rambut kepala. Mayoritas masyarakat perkotaan di Mesir di masa kini menggunakan celana panjang serta baju hem yang tidak jauh berbeda dengan pakaian masyarakat Indonesia pada umumnya. Hanya tampak satu dua saja yang menggunakan jubbah (tsaub), itupun kebanyakan yang berada di sekitar masjid-masjid yang ada d Mesir.
Anehnya lagi, sekalipun 80 % masyarakat Mesir kini beragama Islam, namun hampir semua suvenir yang diperjual belikan justru mengangkat tema gambaran kehidupan Mesir kuno, yaitu adat istiadat jaman kerajaan Firaun di masa lampau.
Seperti saat kami mencari gantungan kunci untuk oleh-oleh sanak keluarga, ternyata 90 % yang kami dapati di pasar-pasar adalah bergambar patung Firaun, Cleopatra, spink, dan gambar patung lainnya. Padahal keinginan kami mencari semacam miniatur Masjid Imam Syafi`i atau yang semacam itu.
Iseng-iseng kami bertanya kepada gaet, apakah kita tidak menengok musium Ummi Kaltsum, penyanyi legendaris Mesir yang sangat terkenal di seluruh dunia itu? Ternyata si gaet menerangkan bahwa mayoritas mat-haf (musium) di Mesir ini hanyalah menyimpan benda-benda milik kerajaan Mesir kuno para Firaun, termasuk di masa Ramses ke-2 musuh besar Nabi Musa AS, serta sebagian barang peninggalan Nabi Muhammad SAW dan para shahabat.