URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SYI`AH MELAKNAT PARA SHAHABAT, SEDANG NABI (SAW) PERINTAH UNTUK MENJAGA KEHORMATAN MEREKA 
  Penulis: Luthfi Bashori  [13/8/2023]
   
MEMBELA KEHORMATAN SAUDARA MUSLIM 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/8/2023]
   
JANGAN SUKA MELANGKAHI MAKMUM JUMATAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [8/8/2023]
   
HASIL JUAL RUMAH TERLALU MAHAL, TIDAK BERKAH 
  Penulis: Pejuang Islam  [3/8/2023]
   
JANGAN PELIHARA ANJING 
  Penulis: Pejuang Islam  [1/8/2023]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Kamis, 21 September 2023
Pukul:  
Online Sekarang: 10 users
Total Hari Ini: 526 users
Total Pengunjung: 5819116 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Terkena Peluru Nyasar, Tangan Gadis Yaman Ini Diamputasi 
Penulis: http://sahabatalaqsha.com [29/7/2019]
 

Terkena Peluru Nyasar, Tangan Gadis Yaman Ini Diamputasi


ADEN, Jum’at (Anadolu Agency): Setiap pagi, Hadil Mahmoud –gadis Yaman berusia 13 tahun– memanjat pohon di dekat rumahnya di pusat provinsi Taiz.

Suatu hari, sebuah peluru nyasar meluncur di dekatnya ketika ia sedang memanjat pohon di kampung halamannya, Al-Arari, di provinsi yang sedang dilanda perang.

“Sebuah peluru yang ditembakkan oleh pemberontak Syiah Houthi mengenai saya ketika sedang memanjat pohon di dekat rumah saya,” kata Hadil kepada Anadolu Agency.

Gadis Yaman itu dilarikan ke rumah sakit di selatan kota Aden untuk menjalani perawatan medis.

“Ketika melihat tangan saya dibalut dengan perban, saya tidak pernah berpikir bahwa tangan saya diamputasi dan saya tidak akan bisa menulis atau menggambar lagi,” ujar gadis yang sangat terguncang itu, dengan air mata mengalir di pipinya.

“Saya tidak percaya bahwa saya tidak akan punya tangan lagi.”

Laporan PBB menyatakan bahwa lebih dari 7.500 anak telah terbunuh atau terluka di Yaman sejak 2014.

“Penderitaan anak-anak di Yaman semakin memburuk selama periode pelaporan, menjadi sangat mengerikan,” kata Virginia Gamba, perwakilan khusus PBB untuk anak-anak dalam konflik, bulan lalu.

Yaman dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika pemberontak Syiah Houthi yang bersekutu dengan Iran menguasai sebagian besar negara itu, termasuk ibukota Sanaa.

Krisis meningkat pada tahun 2015 ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi meluncurkan operasi udara yang bertujuan untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai Houthi.

Menurut PBB, Yaman menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan lebih dari 10 juta orang berada di ambang kelaparan. Lebih dari 22 juta orang di Yaman sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan.

Penderitaan tanpa akhir

Taha Mohamed menyatakan sebuah organisasi telah menawarkan untuk melakukan transplantasi tangan buatan untuk keponakan perempuannya itu di Swiss.

Rencananya adalah memindahkan Hadil dan dua anak lainnya ke Mesir, kemudian ke Jenewa.

“Segera setelah kami tiba di Kairo … secara mengejutkan organisasi itu meminta mengadakan konferensi pers,” kata Taha.

Ia menyesalkan bahwa konferensi pers itu murni dimaksudkan untuk mempromosikan organisasi tersebut dan “memamerkan kegiatannya dengan memanfaatkan kami”.

Keluarga itu menolak berpartisipasi dalam konferensi pers dan organisasi tersebut membalas dengan tidak memberikan mereka tunjangan harian sebesar 50 EGP (sekitar 3 dolar).

“Kami mengalami hari-hari yang sulit,” kenangnya. “Tanpa bantuan penduduk setempat, kami akan berakhir menjadi gelandangan.”

Taha mengatakan bahwa keinginan terbesar mereka adalah kembali ke Yaman.

“Kami pergi ke kedutaan besar kami di Kairo dan berhasil mendapatkan kembali paspor kami setelah empat bulan,” katanya.

Ia menegaskan bahwa selama periode tersebut, seorang pengusaha di Taiz berjanji akan mensponsori operasi transplantasi tangan palsu untuk Hadil di Kairo.

“Akan tetapi, dokter menyatakan kepada keluarga bahwa akan sangat sulit mentransplantasi tangan palsu elektronik,” ungkap sang paman.

“Kami tidak punya pilihan lain selain menerima pemasangan tangan palsu biasa,” katanya.


http://sahabatalaqsha.com
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2023 Oleh Pejuang Islam