URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
ZAKAT DALAM PENGERTIAN YANG LUAS 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/9/2025]
   
HUKUM BENCONG & TOMBOI 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/9/2025]
   
JANGAN DUDUK DI ATAS KUBURAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/8/2025]
   
BANYAK DOA, BANYAK BERKAH 
  Penulis: Pejuang Islam  [10/8/2025]
   
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Rabu, 15 Oktober 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 2 users
Total Hari Ini: 71 users
Total Pengunjung: 6235975 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MENDULANG EMAS DI DESA MAGALAU  
Penulis: Pejuang Islam [ 15/9/2016 ]
 
MENDULANG EMAS DI DESA MAGALAU

Luthfi Bashori


Senin siang 4 Pebruari 2013, penulis diajak menengok perkampungan Dayak di desa Magalau. Jarak dari Sampanahan sekitar 15 kilo meter. Sepeda motor adalah alternatif kendaraan yang paling tepat untuk sampai ke tempat tujuan.

Sampanahan sendiri sekalipun sebagai wilayah kecamatan, namun jalan rayanya masih terdiri dari tanah makadam (jalan tanah berbatu rapat). Sedangkan untuk menuju desa Magalau, harus melewati jalan tanah yang rusak, becek dan berlobang di sana-sini.

Penulis sendiri dibonceng oleh Pak H. Abdullah yang usianya 55 tahun, namun kondisi badannya masih tegap dan kuat. Bahkan pada jalanan yang tidak tepat dikatakan sebagai jalan yang enak itu, Pak Haji Abdullah cukup kencang saat mengendarai sepeda motornya.

Perjalanan yang berliku-liku, naik turun tebing yang curam sangat mendebarkan hati, apalagi sudah lama penulis tidak naik sepeda motor di daerah pedesaan. Maka rasa ngeri sempat menyelimuti hati, karena untuk sampai ke desa Magalau harus lewat hutan belantara yang sangat rimbun.

Di salah satu jalan yang lokasinya naik dan turun cukup terjal, penulis sempat berteriak kepada Pak H. Abdullah untu berhenti. Begitu motor dihentikan, karena Pak H. Abdullah merasa kaget mendengar teriakan penulis, maka secara spontan penulis melompat dari sadal tempat duduk sepeda motor dan memilih jalan kaki akibat rasa ngeri saat melintasi jalan terjal itu.

Pak H. Abdullah hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku penulis yang sedikit ketakutan, bahkan beliau dengan sabar menghibur penulis agar dapat menghilangkan rasa takut di perjalanan itu. Demikianlah kondisi jalan yang harus ditempuh jika akan masuk desa Magalau.

Menurut penulis, betapa tidak adilnya pemerintah pusat dalam memberikan fasilitas bagi rakyat khususnya yang berada di desa terpencil.

Begitu sampai di tempat tujuan, ternyata penulis diajak menengok beberapa pekerja yang sedang mendulang emas di sungai besar dengan aliran air yang cukup deras, namun mengandung butiran pasir emas yang sangat berharga.

Ada sampan besar yang dimodifikasi dengan mesin fuso dan rangkaian selang dan pipa berukuran super jumbo, serta modifikasi saringan kayu ulin yang tahan air, juga beberapa keset karpet bertuliskan welcome, diatur berjajar sedemikian rupa untuk menahan butiran emas agar terkumpul di keset-keset itu.

Subhanallah, dari desa kecil terpencil tanpa fasilitas yang memadai ini, ternyata Magalau menjadi salah satu sumber penghasilan uang negara yang cukup besar. Karena para petambang emas ini pada akhirnya juga harus setor kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan pemerintahan negara, baik langsung maupun tak langsung.

Penulis mendengar hitungan 16 gram koma sekian, dengan harga total Rp 6 juta sekian, hari itu yang dapat dihasilkan oleh salah satu group kerja dengan 5 orang anggota yang kebetulan termasuk `anak buah` Pak H. Abdullah pemilik dua sampan pendulang emas. Hasil jumlah itu setelah ditimbang dan dihitung ternyata setiap pekerja mendapatkan uang bagian (bersih) sekitar Rp 600 ribu di hari itu.

Menurut info, sistem pembagian hasil adalah harian, yaitu sepulang dari mendulang/menyedot emas di sungai maka langsung ditimbang dan hasilnya dibagi saat itu juga sesuai perjanjian. Hampir setiap hari warga setempat mendapatkan butiran emas itu yang jika dirata-rata dengan uang, maka penghasilan perhari mereka adalah sekitar Rp 500 ribu/orang.

Tapi anehnya, karena tidak ada kepedulian dari pemerintah terhadap kemaslahatan warga desa Magalau kecamatan Sampanahan itu, maka tetap saja kondisi desa mereka masih tertinggal jauh dibandingkan situasi mayoritas daerah-daerah yang ada di pulau Jawa.

Lampu PLN saja hanya dapat menyala mulai pukul 5 sore sampai pukul 5 pagi, sedangkan untuk siang harinya PLN sengaja mematikan aliran listriknya dari pusat. Karena kondisi semacam inilah maka warga setempat, sekalipun simpanan uang mereka cukup melimpah, namun tetap saja cara berpikirnya jauh tertinggal di bawah standar pemikiran masyarakat pulau Jawa.

Sekali lagi, sistem pendidikan dan pembagian fasilitas umum di negeri ini sangat tidak merata dan tampak timpang jika ditimbang-timbang antara standar pulau Jawa dan non pulau Jawa, seperti keberadaan desa pendulang emas Magalau, kecamatan Sampanahan, kabupaten Kota Baru, propensi Kalimantan Selatan ini.

Ya Allah, kapan negeri ini dapat menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,
negeri yang baik dan makmur dalam naungan ampunan Allah? Indonesia sangat butuh presiden taat syariat yang adil dan berpihak kepada rakyat.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin  - Kota: Nanga Pinoh (Kalimantan Barat)
Tanggal: 5/2/2013
 
Allahumma sholi wassalim ala sayyidina Muhammad... 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Allahumma shalli wa sallim alaihi wa alaa aalihi wa shahbih.

2.
Pengirim: Abul Bashar  - Kota: Palangka Raya
Tanggal: 10/2/2013
 
Negeri yang kaya diolah oleh manusia yang miskin kebijaksanaan.

Semoga kondisi ini cepat berlalu.. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Amiin.

3.
Pengirim: rudy  - Kota: maglng jateng
Tanggal: 10/3/2013
 
subhanalloh,Allah bgtu adil trhadap umat,tp pemimpin ngri ini tk bs brbuat adil. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan suatu saat Indonesia akan mendapat pemimpin yang adil dan beradab.

4.
Pengirim: ℳυℓуαηα  - Kota: sampanahan
Tanggal: 20/6/2013
 
Indonesia blum bisa blum bisa d katakn MERDEKA sebb d jajah oieh Negara nya sendiri.koruptor/korupsi smakin mnjd mngambil duit rakyat pdhal itu semua sdikt bnyak nya bisa menutupi hutang Negara.rakyat tdk akn makmur selagi korupsi/koruptor tdk d usud.استغفرالله العظيم
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ayoo presiden Indonesia dan perangakatnya diganti figur yang ngerti syariat dan yang selalu pro rakyat, tidak seperti yang sekarang ini.

5.
Pengirim: tamrin  - Kota: kotabaru
Tanggal: 13/9/2014
 
kelihatannya lebih mudah mendirikan sebuah negara dibandingkan dgn memperbaiki jalan yg ada ... padahal jalan itu sdh dibuatkan oleh perusahaan kayu diwaktu silam, pemerintah tinggal memperbaiki tp ternyata tidak mampu. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Barangkali bukan tidak mampu, tapi ada kemungkinan juga tidak mau.

6.
Pengirim: tamrin samp  - Kota: kotabaru
Tanggal: 13/9/2014
 
lebih sulit memperbaiki jalan yg sdh ada,ketimbang mendirikan sebuah negara ... jalan magalau mulai jaman dahulu diera 1980 an sdh ada sampai sekarang blm pernah diperhatikan. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ya begitulah pemerintah jaman sekarang, lebih peduli terhadap orang perpangkat dan konglomerat daripada kepada rakyat kecil, kecuali di masa kampanye pemilu.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam