PERAMPOK BERTAUBAT BERKAT KEJUJURAN ALKAILANI
Luthfi Bashori
Di masa muda Syeikh Abdul Qadir Alkailani, beliau mempunyai pengalaman unik, yaitu saat beliau berangkat mencari ilmu dari Makkah menuju negeri Iraq dengan melewati jalur darat, saat itu beliau diberi bekal oleh ibunya uang uang cukup besar bagi seorang pemuda, yaitu sebesar 40 dinar dan diberi bekal nasehat agar selalu berkata jujur kepada siapa saja yang dia temui.
Tatkala dalam perjalanan Syeikh Abdul Qadir Alkailani sampai di daerah Hamdan, tiba-tiba beliau didatangi seorang perampok dan ditanya :
Perampok : Mau kemana engkau wahai pemuda ?
Alkailani : Saya dari Makkah akan belajar ilmu ke negeri Iraq.
Perampok : Jauh amat perjalananmu, apakah engkau membawa bekal ?
Alkailani : Ya, aku dibekali oleh ibuku sebanyak 40 dinar.
Perampok : Jangan berbohong, mana mungkin seorang pemuda seperti engkau membawa bekal sebanyak itu ?
Alkailani tidak menjawab, dan perampok itupun meninggalkannya lantas berjalan menuju gerombolannya. Di tengah jalan, ada temannya sesama perampok yang bertanya ingin tahu tentang apa yang terjadi dalam dialognya dengan Alkailani.
Setelah tahu duduk masalahnya, maka sang teman perampok itu bergegas menghampiri Alkailan, lantas menarik tangan Alkailani kencang-kencang, dan diseret menghadap pemimpin gerombolan perampok itu.
Pemimpin : Apa benar engkau membawa bekal 40 dinar ?
Alkailani : Ya benar, ibuku memberi bekal aku uang 40 dinar.
Pemimpin : Mengapa engkau katakan terus terang seperti itu kepada kami ?
Alkailani : Ya, karena aku dipesani oleh ibuku harus berkata jujur kepada siapa saja yang aku temui, jadi aku takut dosa jika berkhianat kepada ibuku.
Pemimpin : Demi Allah, aku menjadi malu mendengarkan pengakuan jujurmu, engkau yang masih muda ini tidak berani mengkhianati ibumu, dan tetap mempertahankan kejujuran sekalipun harus menanggung bahaya. Sedangkan aku yang sudah tua ini justru tidak pernah takut berkhianat kepada Allah, dan tidak pernah jujur kepada orang lain, maka saksikanlah wahai pemuda, mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah dan meninggalkan pekerjaan hinaku sebagai perampok ini.
Mendengar pemimpin gerombolan perampok itu menyatakan bertaubat, maka perampok yang tadi menyeret tangan Alkailani, tiba-tiba berteriak : Wahai pemimpin kami, karena dulu engkau yang mengajak kami untuk menjadi perampok, dan sekarang engkau bertaubat, maka saksikan pula bahwa saat ini kami, seluruh anak buahmu, juga ikut bertaubat kepada Allah.