KEJARLAH ILMU AGAMA SETINGGI LANGIT
Luthfi Bashori
Setiap muslim itu dituntut untuk mempelajari dan memperdalam ilmu pengetahuan agama Islam sebanyak-banyaknya, selagi ia masih diberi kemampuan oleh Allah.
Kejahilan dan keawwaman seorang muslim terhadap ajaran agamanya, dapat membahayakan keimanan dan aqidahnya, karena itu diperintahkan oleh syariat kepada setiap muslim untuk memahami ajaran Islam secara baik dan benar.
Contoh bahaya kebodohan terhadap ajaran agama Islam, ada seorang tokoh nasional, yang secara identitas pribadinya, dikenal sebagai penganut Islam, namun saat ia sedang menziarahi sebuah makan pahlawan nasional, tiba-tiba sang tokoh ini bersujud kepada kuburan sang pahlawan.
Jelas sekali kebodohan seorang muslim terhadap batasan hukum yang boleh dan yang tidak boleh untuk dilakukan oleh seorang muslim, mutlak dibutuhkan. Karena sujud kepada selain Allah itu hukumnya minimal haram bagi orang yang bodoh terhadap agama, bahkan bisa dihukumi musyrik jika yang melakukan itu orang yang paham Islam, namun sengaja bersujud kepada kuburan sang pahlawan.
Karena kejahilan atau kebodohan terhadap ajaran Islam itu dapat membahayakan aqidah seseorang, maka syariat pun mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu agama setinggi-tingginya. Bahkan syariat juga mengapresiasi bagi siapa saja yang giat mempelajari dan mendalami ajaran ilmu agama Islam.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidur disertai dengan ilmu pengetahuan (agama) itu, jauh lebih baik daripada shalat disertai dengan kebodohan.” (HR. Imam Abu Na’im melalui Sayyidina Salman RA).
Hadits ini menerangkan, bahwa keutamaan yang dimiliki oleh orang alim ahli agama, ialah tidurnya pun lebih baik daripada ibadahnya orang yang awwam (tidak alim) terhadap agama.
Jadi, berbahagialah bagi orang Islam yang masih giat hadir dalam majelis-majelis ilmu yang diasuh oleh para ulama istiqamah, yaitu para ulama yang murni menyebarkankan ajaran agama Islam secara baik dan benar sesuai tuntunannya.