Dunia adalah fatamorgana
M.Shonhaji
Melihat fenomena yang sangat memprihatinkan sekarang ini. Banyak manusia yang masih mementingkan kehidupan duniawinya. Padahal hidup di dunia ini tidak akan kekal dan pasti fana’. Dapat kita ibaratkan seperti orang memakan permen, kita tahu rasa permen itu manis tatkala di kunyah oleh mulut kita. namun, apabila permen itu sudah habis kita kunyah maka takada lagi rasa manis yang ada di mulut kita.
Sering kita melihat orang yang mempunyai harta banyak dan serba kecukupan. Tapi, dia masih merasa kekurangan. Padahal dia sudah memiliki sepeda motor. Tapi, dia ingin mobil. Setelah mempunyai mobil diapun masih kurang akhirnya dia beli pesawat sendiri,dan seterusnya. Jadi intinya, semua makhluk yang ada di bumi ini ber lomba-lomba dalam kekayaan/rakus harta.
Sebenarnya tujuan kita di dunia ini adalah “was tabiqul khoirot” berlomba-lomba dalam kebaikan untuk bekal kita di akhirat kelak. Ada sebuah kata mutiara yang mengatakan “ad dunya mazro’atrul akhiroh” dunia adalah tempat bercocok tanam untuk kehidupan akhirat. jadi, kita di dunia ini hanya berlomba-lomba dalam kebaikan untuk bekal kita kelak di alam yang kekal selama lamanya. Kalau amal kita baik maka surga yang akan jadi tempat kita nantinya.namun, kalau amal yang kita lakukan jelek maka neraka tempat kita kelak.
Marilah kita senantiasa menjahui sifat hubud dunya, orang kalau terkena sifat hubud dunya maka orang ini tidak bisa bersyukur atas nikmat yang di karuniai oleh allah swt.
Ingat sabda nabi muhammad saw:” dunia ini terlaknat dan dilaknat apa-apa yang di dalamnya kecuali orang yang setiap harinya ingat kepada allah.” Hadist tadi adalah suatu peringatan bagi kita semua. Sekarang kalau dunia saja terlaknat dan dilaknat isi daripada dunia. Bearti manusia pun termasuk isi dari pada dunia.
Oleh karena itu, jangan sampai kita dilaknat oleh allah. Marilah kita intropeksi diri kita masing-masing apakah kita ini masih cinta dunia atau akhirat. semoga allah swt mengampuni dosa-dosa kita dan amalan kita di terima oleh allh swt amin ya robbal alamin.