URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
ZAKAT DALAM PENGERTIAN YANG LUAS 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/9/2025]
   
HUKUM BENCONG & TOMBOI 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/9/2025]
   
JANGAN DUDUK DI ATAS KUBURAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/8/2025]
   
BANYAK DOA, BANYAK BERKAH 
  Penulis: Pejuang Islam  [10/8/2025]
   
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Rabu, 15 Oktober 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 1 users
Total Hari Ini: 78 users
Total Pengunjung: 6236007 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
DUSTA YANG DIPERBOLEHKAN 
Penulis: Pejuang Islam [ 6/10/2016 ]
 
DUSTA YANG DIPERBOLEHKAN

Luthfi Bashori


Berdusta itu adalah perbuatan tercela, dusta juga sering mengakibatkan dirinya sengsara, bahkan dapat menyengsarakan orang lain. Dusta itu hukumnya haram dan pada para pelakunya dapat menimbulkan sifat kemunafikan.

Namun ada juga perbuatan dusta yang diperbolehkan dalam kondisi tertentu, karena bertujuan demi kemaslahatan bagi umat Islam.

Imam Nawawi RA. berkata, “Ketahuilah bahwa sekalipun dusta itu diharamkan, dan tidak boleh melakukannya dalam segala keadaan, sesuai dengan syarat-syarat yang telah saya jelaskan dalam kitab Al-Adzkar, namun ada juga dusta yang diperbolehkan.

Secara ringkas dikatakan bahwa pembahasan kali ini adalah seputar perantara untuk mencapai berbagai tujuan. Setiap tujuan terpuji yang bisa dicapai tanpa berdusta, maka diharamakan berdusta untuk mencapainya. Sebaliknya jika tujuan itu tidak dapat tercapai kecuali hanya dengan berdusta, maka diperbolehkan berdusta. Kemudian bila tujuan yang ingin dicapai itu mubah, maka dusta itu mubah. Dan jika tujuan dusta itu wajib maka dusta itu menjadi wajib.”

Kemudian beliau melanjutkan penjelasannya tentang hal ini. Jika seorang muslim bersembunyi dari orang  dzalim yang ingin membunuhnya, atau mengambil hartanya, atau si dzalim sedang mencari seorang muslim yang menyembunyikan harta pribadinya yang akan dirampas, lantas ditanya tentang keberadaan muslim tersebut, maka orang yang ditanya itu wajib berdusta untuk menyelamatkan muslim itu. Begitu pula andaikata seorang muslim menjaga titipan orang lain, lantas ada orang dzalim yang ingin mengambilnya, wajiblah ia berdusta untuk merahasiakannya.

Namun untuk lebih berhati-hati dalam semua ini, hendaklah dustanya itu dengan cara mengucapkan perkataan sindiran, yaitu mengarahkan perkataannya untuk tujuan benar yang sekira bukan dusta menurut dirinya, meskipun berdusta pada dhahir perkataannya menurut yang difahami oleh orang yang diajak bicara. Andai kata ia tidak mengucapkan kata sindiran dan mengucapkan perkataan dusta, maka tidaklah haram dalam keadaan seperti ini.

Para ulama  berdalil atas bolehnya berdusta dalam keadaan seperti itu, dengan hadits Ummi Kultsum RA bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah pendusta itu orang yang mendamaikan di antara orang-orang yang berselisih, lalu mengharapkan kebaikan atau mengucapkan perkataan-perkataan yang baik.” (Muttafaq ‘Alaihi).

Dalam suatu riwayat Ummu Kultsum berkata, “Dan aku tidak mendengarnya memberi keringanan pada perkataan dusta yang di ucapkan manusia kecuali dalam tiga keadaan, yakni perang, mendamaikan di antara orang-orang yang berselisih, pembicaraan suami kepada istrinya, dan pembicaraan istri kepada suaminya (untuk untuk mencapai kedamaian).

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam