KADAR CINTA DAN RINDU KEPADA RASULULLAH SAW
Luthfi Bashori
Cinta dan rindu seseorang yang sangat mendalam terhadap sesuatu, seringkali dapat mempengaruhi kehidupan pribadinya.
Batasan cinta itu sendiri sulit dibedakan, karena cinta merupakan salah satu bentuk emosi dan perasaan yang dimiliki seseorang. Sifat cinta seringkali subyektif, maka setiap orang akan mempunyai definisi yang berbeda, tergantung pengalamannya masing-masing.
Adapun rindu, adalah perasaan yang sangat ingin dan berharap terhadap sesuatu, atau rasa memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu apa yang dicintainya.
Tentang cinta, ada sebagian kalangan yang membagi sebabagi berikut:
1. Cinta karena nafsu: Yaitu cinta yang mengakibatkan hubungan antar dua orang tidak terkontrol lagi, emosi sangat menguasai akal sehat seseorang sehingga seolah terjadi secara spontan untuk menjawab rangsangan emosi yang berlebihan
2. Cinta pragmatis: Yaitu cinta terjadi keseimbangan antara dua orang, ada rasa suka dan duka, serta adanya timbal balik.
3. Cinta altruistik: Biasanya terjadi pada seorang ibu kepada anaknya, cinta ini disertai kasih sayang yang tidak ada batasnya.
Mereka mengatakan, bahwa tumbuhnya cinta itu terkadang berada pada ranah emosional yang tidak dapat terkontrol, atau pada ranah rasional yaitu tumbuh berdasarkan akal pikiran yang sehat, hingga selalu berada pada wilayah yang positif.
Imam Bushiri mendefinisikannya, wal hubbu yataridhul laddzaati bil alami (cinta itu bercampurnya rasa nikmat dan sakit). Nikmat karena dirinya teringat orang yang sangat dicintai, dan sakit karena tidak dapat menemui secara langsung orang yang sangat dirindukan.
Sedangkan rindu sendiri bersifat kompleks, yang sulit diuraikan dan diungkapkan. Sekalipun ada kalangan yang mendefinisikan rindu ialah "sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu", namun "sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu" yang seperti apa, yang bagaimana, dan teruntuk siapa? Yang seperti ini belum ada penjelesannya secara umum.
Kalaupun harus merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang ada hanyalah menjelaskan arti kata rindu, bukan maknawi kata rindu secara realita.
Sebagian orang ada yang memahami, bahwar indu ialah perasaan yang mengganggu, tapi selalu ditunggu. Bagi yang sedang jatuh cinta akan mengatakan, rindu ialah aku, kita, dan setumpuk harapan yang ada di depan sana. Bagi yang menjalin hubungan jarak jauh akan beradalil, jangan sesali jarak, karena jauhnya jarak itulah hingga dapat menumbuhkan rasa rindu.
Definisi rindu secara harfiah, ada yang mengatakan: adalah ungkapan kata untuk mewakili perasaan yang berupa keinginan untuk melakukan sesuatu dan menimbulkan efek fikiran tertentu kepada penyandangnya
Adapun rindu Haqiqi, ialah yang sebenar-benarnya rindu sesuai dengan tuntunan syariat, yaitu rindu kepada Allah. Rindu yang disandang makhluq untuk merindui Tuhan-Nya. Ketika seseorang sudah bisa merasakan rindu ini maka, ia termasuk orang yang sempurna.
Demikian juga rindu haqiqi, adalah timbulnya perasaan seseorang muslim yang selalu membayangkan perjumpaan dengan Rasulullah SAW.
Contoh rindu haqiqi Sayyidina Bilal yang dulunya selalu mengumandangkan adzan semasa hidup Rasulullah SAW. Beliau tidak mau mengumandangkan adzan lagi setelah wafatnya Rasulullah SAW. Dengan alasan beliau tidak sangup mengucapkan kalimat Asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah. Karena, kalimat tersebut mengandung kata Muhammad.
Dalam satu riwayat, suatu hari Sayyidina Bilal didesak oleh putri Nabi sendiri, Siti Fathimah, yang saat itu merasa rindu mendengar suara Sayyidina Bilal mengumandangkan adzan, demi untuk mengingat ayahandanya, hingga Sayyidina Bilal dengan berat hati bersedia untuk beradzan.
Sayyidina Bilal pun mengumandangkan adzan pada waktu subuh. Ketika sampai pada kalimat Asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah. beliau tidak sanggup meneruskannya, kemudian berhenti dan menangis terisak-isak. Lantas turun dari mimbar dan meminta izin pada Siti Fathimah untuk tidak meneruskannya. Beliau merasa tidak sanggup menyelesaikan adzannya hingga akhir.
Ketika Sayyidina Bilal berhenti mengumandangkan adzan tersebut, seluruh penduduk Madinah berguncang karena tangisan kerinduan mereka kepada Rasulullah SAW.