TETANGGA MISKIN PERLU DIPERHATIKAN
Luthfi Bashjori
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang benar benar miskin itu bukanlah seseorang yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain, lalu ia pergi setelah diberi sesuap atau dua suap makanan, dan sebiji atau dua biji buah kurma. Tetapi orang yang benar benar miskin itu ialah orang yang tidak memiliki kecukupan yang menjaminnya, dan keadaannya pun tidak diketahui sehingga tidak diberi sedekah, dan ia pun tidak mau bangkit untuk meminta-minta kepada orang lain.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Di sekeliling sebuah perkampungan, seringkali terdapat orang-orang yang hidupnya pas-pasan, pekerjaannya sulit berkembang, kehidupannya memprihatinkan, bahkan tidak jarang keluarga tersebut terlilit hutang kanan kiri.
Sekalipun demikian usaha pekerjaannya tetap dijalankan, walaupun roda perekonomian tidak berpihak kepadanya, namun keluarga tersebut tidak menjadi pengemis di jalanan demi menjaga marwah dan kehormatan keluarga, sungguh mulia hatinya.
Menurut Rasulullah SAW, keluarga seperti inilan yang paling patut untuk diperhatikan, karena miskin yang sesungguhnya ialah orang yang tidak memiliki kecukupan persediaan makanan untuk dimakan kesehariannya, dan ia tidak menampakkan kemiskinannya, yakni tidak senang meminta-minta kepada orang lain.
Menurut Rasulullah SAW, bahwa para tetangga yang hidup berkecukupan di sekitar keluarga miskin itu, mempunyai tanggung jawab untuk ikut membantunya, hingga beliau SAW bersabda: “Bukanlah orang yang benar-benar beriman, seseorang yang kekenyangan sedangkan tetangga di sebelahnya kelaparan.” (HR. Imam Bukhari)
Maksudnya, bukan termasuk mukmin yang sempurna imannya bila seseorang hidup serba bercukupan, sedangkan tetangga yang ada di sebelahnya dibelit oleh kelaparan dan kemiskinan.