SIFAT MANUSIA ITU SERAKAH DUNIA
Luthfi Bashori
Bicara secara umum, kebanyakan manusia itu tidak akan pernah merasa puas dalam memiliki sejumlah harta kekayaan. Sebagai permisalan, jika ada seseorang yang mampu mengumpulkan uang sebesar Rp 10 Miliar, yang mana nominasi itu sudah mencukupi untuk membiayai kehidupan pada sisa umurnya, lantas ada tawaran lagi uang sebesar Rp 5 Miliar, tentu ia akan mengambilnya.
Tentu bermacam-macam alasan mengapa ia akan mengambil tawaran harta yang sudah melewati batas hakikat kebutuhan hidupnya itu, entah itu mengatakan sebagai simpanan warisan anak cucu, atau ingin menikmati segala kenyamanan dan kenikmatan yang ada di dunia, semacam koleksi barang-barang mewah, atau alasan-alasan lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya anak Adam (manusia) telah memiliki ternak (harta) yang memenuhi dua lembah, niscaya ia masih mencari untuk yang ketiganya, dan tiada sesuatu pun yang dapat memenuhi perut anak Adam kecuali tanah. Allah mengampuni orang yang bertobat kepada-Nya” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Ungkapan dua buah lembah yang penuh dengan harta, yang di maksud harta saat itu berupa ternak, sebagaimana simbul kekayaan seseorang di jaman kehidupan Nabi (SAW).
Adapun maksud ungkapan tidak ada yang dapat memenuhi perut anak Adam kecuali tanah, yakni keinginannya itu akan berhenti bila sudah mati dan tubuhnya telah dimasukkan ke dalam tanah kuburannya.
Namun bagi orang-orang yang menyadari tentang buruknya sifat serakah pada diri manusia, lantas ia berusaha menghindari sifat buruk terserbut, dan selalu berusaha mengikuti ajaran syariat Islam untuk membimbing kehidupannya, niscaya Allah akan mengampuni orang-orang yang kembali bertobat kepada-Nya, seperti yang disebutkan dalam hadits lain, “Barangsiapa yang bertobat (kepada Allah), niscaya Allah akan mengampuninya.” Sabda Nabi SAW ini, jika dikaitkan dengan sifat serakah, dapat di simpulkan bahwa berzuhud terhadap gemerlapan kehidupan duniawi itu merupakan hal yang sangat dianjurkan.